THE SUNSET


Gambar

THE SUNSET

Author : Nita Henny

Cast :

Kim Youngwoon (Kangin Super Junior) – Kim Hye Young (OC) – Choi/Kim Jung Hye (OC)

Genre : Family, Romance

Length : Oneshot (2884 words)

Rating : PG-14

HAPPY READING

==================================

***

Deru ombak sore itu memecah lamunan seorang pria yang sedang berdiri di balkon villa yang menghadap ke arah pantai. Ia menegakkan tubuhnya setelah sesaat ia bersandar pada dinding yang ada di belakangnya. Dirapatkannya mantel hitam yang membungkus tubuhnya dan melangkahkan kakinya menuruni anak tangga yang terbuat dari kayu. Membiarkan sepatu hitamnya menyentuh pasir yang menutupi tanah di dekat pantai itu dan mulai berjalan mendekati pantai.

Syal abu-abu yang melingkar di sekitar lehernya berulangkali berkibar diterpa angin pantai yang sedikit kencang. Mata coklatnya menatap lurus ke arah matahari yang mulai tenggelam dengan perlahan.

“Aku menyukai matahari yang akan tenggelam”─ Jung Hye.

Senyuman tipis terlihat di bibirnya saat ia sayup-sayup mendengar suara itu di benaknya. Suara yang begitu lembut dan tenang. Suara yang menjadi sesuatu yang selalu ia rindukan setiap detiknya. Suara yang selalu menjadi obat penenang di kala dirinya merasa sedih.

“Dengan memandang matahari yang tenggelam, aku bisa merasakan diriku sedang memandang kedua orang tuaku. Mereka hangat, sejuk  dan menenangkan. Seperti matahari yang tenggelam itu, kan?”─ Jung Hye.

Pria itu berdiri tepat di garis pantai. Air laut yang naik ke pantai tak sampai menyentuh ujung sepatu hitam mengkilatnya. Ia bisa melihat buih-buih air laut yang perlahan menghilang di atas pasir pantai. Matanya menyapu seluruh pemandangan yang bisa ia tangkap di sepanjang laut itu. Ada beberapa perahu nelayan yang terlihat terombang-ambing.

“Dulu mereka melakukan hal ini bila sedang merindukan kakek dan nenek. Ayah dan Ibu akan merasa begitu dekat dengan mereka. Dan hal itu diturunkan juga kepadaku. Dan sekarang aku bisa merasakannya. Hanya dengan menutup mata dan mendengar semua suara-suara debur ombak yang pecah, suara angin dan burung camar yang saling bersahutan, aku bisa merasakan ayah dan ibu……berada di sisiku”─ Jung Hye.

Ia memejamkan kedua matanya. Menghirup udara sore sedalam yang ia bisa. Begitu sejuk, itulah yang ia rasakan kini. Telinganya menangkap suara deburan ombak yang saling bertabrakan satu sama lain. Bunyi angin yang bertemu dengan daun-daun pohon kelapa yang ada di belakangnya dan suara beberapa burung yang bersahutan di atas laut.

Memang benar apa adanya yang dikatakan suara itu. Kini ia mempercayainya. Dengan mata yang tetap terpejam, ia merentangkan kedua tangannya. Membiarkan angin pantai menerpa tubuhnya.

“Aku ingin suatu saat nanti……aku, dirimu dan buah hati kecil kita berdiri bersama-sama di tepi pantai, memandang matahari yang akan tenggelam dan saling menyanyikan lagu ulang tahun satu sama lain. Bukankah itu menyenangkan?”─ Jung Hye.

Seketika matanya terbuka. Tatapan sendu terpancar dari kedua bola matanya saat menyaksikan matahari hanya tinggal setengah bagian. Kesedihan itu kembali muncul di lubuk hatinya setelah enam tahun lamanya. Kesedihan di mana apa yang diinginkan istrinya, Kim Jung Hye hanyalah sebuah angan-angan yang sama sekali tak pernah terjadi.

“Appa!”

Kepala Youngwoon menoleh ke samping. Kedua sudut bibirnya tertarik ke atas, menampilkan senyum tipis pada seorang anak perempuan kecil yang sedang berlari di atas pasir pantai dengan sedikit kesulitan karena sepatu bootnya yang terlalu besar dari ukuran kakinya.

Dengan sigap pria berambut hitam itu menggendong gadis kecil berusia enam tahun tersebut dan memeluknya sebentar.

“Appa, maafkan Hye Young-ie. Tadi ada teman baru yang mengajakku bermain sebentar” ucap gadis mungil itu sambil memeluk leher ayahnya. Youngwoon menyunggingkan senyumya kembali dan menjauhkan kepalanya. Memandang wajah kecil putrinya yang begitu cantik dan manis. Dua bola mata besar yang begitu mirip dengan mata Jung Hye. Hidung dan bibir yang mungil. Pipi yang sedikit gemuk dan berwarna merah muda. Rambut panjang gadis kecil itu berulangkali dimainkan oleh angin yang cukup kencang.

“Sepertinya Eomma akan marah padamu” celetuk Youngwoon dengan wajah kesal. Hye Young seketika memekik pelan sambil menutup mulutnya. Beberapa saat kemudian tubuh gadis kecil itu bergerak tidak menentu, berusaha memberikan isyarat pada ayahnya bahwa ia ingin segera diturunkan.

Youngwoon mengerti apa yang sedang dilakukan putrinya tersebut. Dengan hati-hati ia menurunkan Hye Young.

Dengan cepat Hye Young melangkahkan kakinya maju sedikit ke arah bibir pantai. Matanya membulat takkala melihat matahari yang akan tenggelam menyisakan seperempat bagian saja yang terlihat.

Gadis kecil itu membungkukkan badannya sebentar kemudian melambaikan tangannya dengan semangat sambil tersenyum lebar. “Eomma, Hye Young-ie datang!” pekiknya dengan suara kecil yang begitu lantang. Youngwoon yang melihatnya dari belakang hanya tersenyum sambil memasukkan kedua tangannya ke saku mantel.

“Eomma tidak marah ‘kan pada Hye Young?! Maaf, tadi……….aku bertemu dengan teman baru. Dia lucu dan menggemaskan. Aku baru ingat saat aku melihat matahari. Aku hampir lupa dengan Eomma. Maaf….” Ucap gadis kecil berusia enam tahun tersebut seraya menyingkirkan sebagian rambutnya yang mengenai wajahnya.

Tangannya merogoh sesuatu di saku jaket merah muda bertudung kepala kelinci miliknya. Dengan senyum cerah ia meletakkan permen lollipop berwarna-warni yang ia ambil dari saku ke atas pasir.

“Eomma, kata Appa, Hye Young-ie tidak boleh terlalu banyak makan permen karena itu tidak bagus untuk gigi. Jadi……bisakah Eomma simpan permen ini untukku? Aku janji tidak akan makan permen lagi” kata Hye Young yang kemudian terdiam memandang matahari yang sudah mulai tenggelam dengan sempurna itu.

“Ohya……hampir lupa!” Hye Young memekik lagi. Buru-buru ia berdehem sebentar dan mulai menepuk-nepukkan kedua telapak tangannya.

“Selamat ulang tahun………selamat ulang tahun…………. Selamat ulang tahun, Eomma. Selamat ulang tahun” Hye Young menyanyikan lagu ulang tahun untuk ibunya yang sudah pergi untuk selama-lamanya.

Youngwoon menatap sendu punggung putrinya. Ia begitu terharu mendengar suara nyaring dan ceria gadis kecil itu saat menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk mendiang ibunya, Jung Hye yang sudah meninggal enam tahun yang lalu karena mengalami pendarahan hebat ketika melahirkan Hye Young.

“Oppa….berjanjilah padaku……bawalah putri kecil kita setiap tahun di hari ulang tahunnya ke pantai pada sore hari. Biarkan ia melihat matahari yang tenggelam agar ia tahu ibunya selalu menatapnya lewat matahari itu. Biarkan dia merasakan hembusan angin pantai sore hari yang hangat agar ia bisa merasakan bahwa ibunya selalu memeluknya hangat.” – Jung Hye.

“Maafkan aku, Oppa, karena aku tidak bisa menepati janjiku. Seharusnya di ulang tahun pertama putri kita nanti, aku, dirimu dan dia akan saling menyanyikan lagu ulang tahun bersama di tepi pantai sambil menatap matahari tenggelam. Dan yang paling membuatku merasa begitu spesial adalah tanggal lahir putri kita yang sama persis dengan tanggal lahir kita berdua. 17 Januari……aku yakin ini bukanlah suatu kebetulan karena sudah lama aku berdoa kepada-Nya. Dan Dia mengabulkannya. Dengan begitu rasanya akan begitu membahagiakan bila kita bertiga melakukan hal menyenangkan itu di sana” – Jung Hye.

Youngwoon mengingat kata-kata terakhir Jung Hye sebelum wanita bermata besar indah itu benar-benar meninggalkan dunia ini untuk selama-lamanya. Meninggalkan dirinya seorang diri. Membuat Youngwoon harus merasakan sebuah duka yang sangat mendalam karena harus kehilangan satu-satunya orang yang menjadi napasnya setiap hari, yang menjadi detak jantungnya setiap detik.

Bukankah di balik kesedihan pasti selalu ada sebuah kebahagian? Itulah yang dirasakan pula oleh Youngwoon.

Seorang gadis kecil bermata indah bernama Kim Hye Young-lah yang menjadi alasan baginya untuk tetap bertahan hidup dan tetap tersenyum. Buah hati dirinya dan Jung Hye yang ternyata menerima sifat penuh Jung Hye dalam dirinya. Banyak kesamaan antara istrinya dan anak kecilnya itu. Sifat, apa yang disuka dan apa yang tidak disuka.

Namun, yang paling mengena pada sanubari Youngwoon adalah kesukaan Hye Young akan pantai di sore hari dan matahari tenggelam-lah yang begitu mirip dengan Jung Hye. Gadis kecil itu akan merengek-rengek bahkan akan menangis meraung-raung bila keinginannya untuk melihat matahari tenggelam tidak Youngwoon penuhi. Pernah satu kali, gadis kecil itu mengunci pintu kamarnya dan menangis seharian hanya karena Youngwoon tidak mau mengantarnya ke pantai. Padahal ketika itu cuaca sedang buruk.

“Eomma…..sebentar lagi Hye Young-ie akan masuk sekolah. Tapi Appa tidak mau membelikan tas baru kalau Hye Young-ie belum mau membersihkan kamar sendiri. Appa jahat, Eomma” Hye Young mengerucutkan bibirnya sambil tetap memandang matahari tersebut.

Youngwoon hanya tertawa pelan mendengar keluhan putri kecilnya.

Ya….mereka berdua memang mirip. Dulu Jung Hye juga sering mengeluh atau bercerita soal kegiatannya pada matahari di saat berkunjung ke pantai. Wanita itu selalu menggumamkan sesuatu yang panjang sambil mengerucutkan bibirnya.

“Hye Young-ah” panggil Youngwoon sambil menjongkokkan kakinya. Kepala Hye Young menoleh ke belakang.

“Ne?”

“Sepertinya putri Appa ini juga sedang melupakan sesuatu” ucap Youngwoon sambil menempelkan ujung telunjuknya ke dahi dan berpura-pura berpikir. Gadis kecil itu menggerak-gerakkan bola matanya tak menentu. Mencoba mencerna apa yang dikatakan ayahnya.

Beberapa saat kemudian gadis kecil itu kembali memekik seraya menepuk pelan keningnya. Dengan cepat ia berlari memeluk Youngwoon. Begitu erat dan hangat.

“Appa….selamat ulang tahun. Hye Young-ie sangaaaaaaaaaaat menyayangi Appa” ucap Hye Young tanpa melepas tangannya yang melingkar erat di leher ayahnya. Youngwoon tersenyum sambil membalas pelukan putri kecilnya. Mengusap lembut rambut panjangnya dengan pelan. Ikut terkekeh saat didengarnya suara tawa kecil keluar dari bibir mungil Hye Young ketika ia sengaja menggelitik pinggang gadis kecil itu.

“Hadiah untuk Appa?” tanya Youngwoon. Hye Young melepas pelukannya. Dipandanginya wajah ayahnya seksama. Dengan cepat gadis kecil itu mendaratkan kecupan ringan di pipi kiri Youngwoon.

“Hanya itu?” Youngwoon mengerjap-ngerjapkan matanya tanda tidak setuju dengan yang baru saja dilakukan Hye Young.

Untuk yang kedua kalinya Hye Young mengecup pipi ayahnya. Kali ini di bagian yang kanan. Sekali lagi Youngwoon tetap memasang wajah tidak setuju. Membuat gadis kecil itu sedikit bingung dengan sikap ayahnya.

“Memangnya apa yang Appa minta dari Hye Young-ie?” tanya Hye Young polos.

“Kau lupa perjanjian antara Appa, Eomma dan dirimu? Putri kecil Appa tidak boleh melupakan janji itu” ucap Youngwoon.

Sejenak gadis kecil itu berpikir. Kemudian ia menghela napas kecil seraya berdehem.

“Selamat ulang tahun……. Selamat ulang tahun………… selamat ulang tahun, Appa….. selamat ulang tahun” Hye Young menyanyikan lagu ucapan ulang tahun untuk Youngwoon.

“Kenapa Hye Young-ie menyanyikan lagu itu hanya dengan berdiri?. Kau tadi menyanyikannya untuk Eomma dengan tepuk tangan. Appa sedih……” Youngwoon seketika memasang wajah sedih di depan Hye Young.

Gadis kecil itu berdecak kesal. Melihat ayahnya seperti itu justru membuatnya terkikik. Kemudian ia kembali berdehem dan mulai menyanyikan lagu ucapan selamat ulang tahun dengan bertepuk tangan dan sedikit menari.

“Appa tidak sedih lagi ‘kan? Seharusnya Appa tidak boleh sedih karena hari ini juga hari ulang tahun Appa” kata Hye Young.

Perlahan wajah sedih Youngwoon hilang dan berganti dengan senyum lebar. Diulurkan tangannya untuk mengusap lembut poni putrinya. Ditariknya tubuh mungil Hye Young dan mulai menciumi kedua pipi gembil putrinya itu. Membuat Hye Young sedikit berontak sambil tertawa geli. Dan terakhir dengan penuh kehangatan, pria itu mengecup lama kening putri kecilnya. Mencoba memberikan semua kasih sayangnya yang begitu banyak. Youngwoon akan selalu bersyukur karena memiliki gadis kecil itu sebagai putrinya.

“Sekarang giliran Appa!”

Youngwoon sedikit terkejut mendengar bentakan nyaring Hye Young. Melihat reaksi ayahnya, Hye Young hanya terkekeh sambil membekap mulutnya sendiri.

“Appa?” Youngwoon menunjuk hidungnya dengan jari telunjuknya. Hye Young mengangguk mantap.

“Sekarang Appa juga tidak boleh lupa dengan janji Appa” jawab Hye Young.

“Appa tidak merasa punya janji…..” Youngwoon sengaja menggantungkan ucapannya ketika melihat perubahan air muka putrinya dari ceria menjadi sedih. Gadis kecil itu mengulangi ucapannya. Dan sekali lagi Youngwoon tetap pada pendiriannya.

Deg!

Youngwoon dibuat terpaku dengan adanya gumpalan bening di sudut mata indah Hye Young. Apakah putrinya sedih karena ayahnya tidak ingat akan janjinya? Youngwoon diam-diam tersenyum simpul melihat Hye Young yang menekuk wajahnya. Begitu lucu dan menggemaskan.

Namun rasa gelinya itu hanya berlangsung beberapa saat karena sedetik kemudian hatinya terasa perih takkala melihat setetes air mata yang begitu bening meluncur bebas dan menghiasi pipi putrinya. Youngwoon tidak tega melanjutkan candaannya pada putri kecilnya itu.

Melihatnya begitu sama saja dengan melihat wajah sedih Jung Hye. Bahkan ia pernah mengucapkan sumpah janji pada wanita tecintanya itu bahwa dirinya tidak akan pernah membuatnya sedih hingga meneteskan air mata.

Sekali. Hanya sekali Youngwoon menyakiti perasaan wanita itu dulu di saat mereka belum terikat janji suci pernikahan. Dan hanya karena masalah sepele itu ia melihat  Jung Hye meneteskan air mata kesedihan. Hatinya entah kenapa terasa begitu perih. Seakan ia baru saja menorehkan luka yang cukup dalam di hati wanita yang sangat dicintainya itu. Dan sejak saat itu, ia berjanji ia tak akan membuat wajah wanitanya dihiasi tetesan air mata.

“Hye Young-ah……” panggil Youngwoon pelan. Gadis kecil itu tak mau menegakkan kepalanya. Suara isakan tangis kecil terdengar.

“Yaa….Appa hanya bercanda” Youngwoon mengguncang-guncang pelan tangan mungil Hye Young. Hye Young tetap menundukkan kepalanya.

“Hye Young-ah….maafkan Appa. Appa tadi hanya bercanda. Appa tidak lupa janji Appa” Youngwoon harus sedikit menundukkan kepalanya untuk sekedar melihat wajah putrinya.

“Hye Young-ah…..”

“BAAAAAAAA!!!!”

Youngwoon hampir terjungkal ke belakang saat tiba-tiba putri kecilnya itu berteriak tepat di depan wajahnya. Melihat ayahnya terkejut, Hye Young tertawa terbahak-bahak.

“Eiiissh…..putri Appa ternyata nakal juga. Sini kau, Kim Hye Young!”

Tangan Youngwoon meraih tangan Hye Young dan mulai menggelitiki pinggang, telinga, dan leher putrinya itu.

“Appa, geli!” keluh Hye Young di sela tawanya.

“Siapa suruh mengerjai Appa, eoh? Sekarang rasakan ini……” Youngwoon ikut tertawa dengan putrinya.

“Appa, benar tidak lupa janji itu ‘kan?”

Pertanyaan putrinya menghentikan tangan Youngwoon. Memandang kedua bola mata besar Hye Young yang mengerjap-ngerjap lucu. Ditangkupnya wajah kecil Hye Young.

“Appa tidak melupakan janji Appa padamu dan Eomma. Tidak akan pernah” jawab Youngwoon pelan.

Wajah Hye Young berubah ceria. Senyum lebarnya menampakkan deretan gigi kecil yang begitu rapi. Gadis kecil itu menunggu ayahnya menepati janjinya.

“Hye Young-ah……. Selamat ulang tahun. Semoga putri Appa selalu sehat, selalu ceria dan berhenti mengerjai Appa. Arraseo?” Youngwoon menunjukkan jari kelingkingnya.

“Arraseo, Appa” Hye Young mengaitkan jari kelingking mungilnya di jari kelingking ayahnya dengan erat. Ayah dan gadis kecil itu tertawa bersama.

“Sekarang giliran Appa menyanyikan lagu selamat ulang tahun untukku” pinta Hye Young.

Youngwoon berdehem pelan.

“Selamat ulang tahun……. Selamat ulang tahun……. Selamat ulang tahun, Hye Young-ie…… selamat ulang tahun” Youngwoon menyanyikan lagu tersebut sambil bertepuk tangan dengan kepala yang digerakkan ke kanan dan kiri. Membuat malaikat kecilnya terkekeh.

“Terima kasih, Appa” ucap Hye Young sambil tersenyum. Youngwoon ikut tersenyum sambil mengacak pelan poni putrinya.

Untuk tahun ke-enam bagi Hye Young, Youngwoon menepati janji keenamnya pada Jung Hye. Dan itu akan tetap ia pertahankan untuk tahun-tahun yang akan datang selama ia masih bisa bernafas.

“Hari sudah gelap. Kajja….kita pulang” ajak Youngwoon seraya berdiri dan membersihkan celananya. Membenarkan letak syalnya dan jaket yang dikenakan Hye Young. Udara sudah mulai terasa dingin. Ia tidak mau putrinya sakit hanya karena masih ingin berlama-lama di tempat itu.

“Eomma! Hye Young-ie pulang dulu! Aku janji tahun depan aku akan datang kesini lagi bersama Appa. Dan…….” Gadis kecil itu terlihat berpikir sejenak. “….apa…aku boleh mengajak teman baru yang tadi bermain denganku? Aku ingin memperkenalkan Eomma dengannya. Dia anak yang baik dan lucu.”

Youngwoon tersenyum saat melihat Hye Young melambaikan tangannya pada lautan yang sudah tak berhias matahari berwarna jingga itu. Dihelanya nafasnya dengan pelan. Hari ini sudah selesai. Ia akan kembali menjalani kehidupannya sehari-hari lagi seperti biasa dengan celotehan lucu Hye Young yang memenuhi rumahnya.

“Ayo, Halmoni pasti khawatir karena mencarimu” Youngwoon menarik tangan kecil Hye Young. Perlahan mereka berdua melangkahkan kakinya menjauh dari bibir pantai menuju sebuah mobil yang diparkir tak jauh dari villa yang disewa Youngwoon kemarin.

“Ngomong-ngomong….siapa nama teman baru yang akan kau kenalkan pada Eomma?” tanya Youngwoon sambil membuka pintu mobil.

“Namanya…..” Hye Young masuk ke dalam mobil dan duduk sambil dibantu Youngwoon memakai sabuk pengaman. “….namanya Lee Hyukjae. Lee……iya itu namanya. Lee Hyukjae.”

“Nama yang aneh” gumam Youngwoon yang masih sibuk memakaikan sabuk pengaman di tubuh putrinya.

“Tapi dia lucu, Appa!” protes Hye Young.

“Berapa umurnya?”

“Dia bilang tujuh tahun. Apa berarti aku harus memanggilnya Oppa? Bukankah dia lebih tua dariku?” ucap Hye Young polos.

Youngwoon selesai memakaikan sabuk pengaman. Matanya memandang Hye Young.

“Jangan mudah memanggil Oppa pada orang asing” kata Youngwoon sambil membenarnya letak tudung jaket di kepala putrinya.

“Tapi dia temanku, Appa!” Hye Young kembali protes dengan suara nyaring tepat di depan ayahnya.

“Arraseo, arraseo. Dia lucu, dia temanmu, tapi Appa tidak setuju kau memanggilnya Oppa dan…..” Youngwoon masih terus saja mengerjai putrinya.

“APPA!!!” akhirnya gadis kecil itu berteriak kesal. Youngwoon akhirnya tertawa sambil mencubit gemas pipi Hye Young.

“Appa hanya bercanda. Yang penting sebelum kau perkenalkan si Lee Hyukjae itu pada Eomma, kenalkan dulu pada Appa. Arraseo?”

Hye Young mengangguk senang.

Youngwoon menutup pintu mobil. Kepalanya menoleh ke belakang. Menatap sebentar pantai yang yang baru saja ia tinggalkan. Hamparan pasir yang masih terlihat jelas di matanya. Dan sesosok wanita bergaun putih sedang berdiri di pantai menghadap ke laut lepas. Rambutnya yang hitam sebahu dimainkan oleh angin yang cukup kencang.

“Jung Hye-ya……”

Perlahan wanita itu menolehkan kepalanya. Menampakkan wajah tirusnya yang begitu mulus dengan dua mata besar yang indah. Bibir mungilnya menyunggingkan senyum manis. Matanya menatap Youngwoon dari jauh.

“Jung Hye-ya…….selamat ulang tahun. Aku tahu sekarang jarak di antara kita sudah begitu jauh dan aku sadar tanganku tidak akan pernah sampai untuk menggapaimu lagi. Tapi karena adanya Hye Young, aku merasa jarak yang sangat jauh itu begitu dekat denganku. Bahkan aku bisa melihat matamu dari mata malaikat kecil kita. Tetaplah tersenyum di sana dan ingatlah apa yang selalu kukatakan padamu sejak kita pertama bertemu”

“Kim Jung Hye….aku mencintaimu. Sangat mencintaimu. Terima kasih sudah memberiku seorang malaikat kecil”

Perlahan wanita itu menganggukkan kepalanya sambil mengulas senyum tulus yang membuat perasaan Youngwoon begitu tenang dan damai.

.

.

17 Januari……itu memang tanggal lahirku. Tapi tanggal itu akan begitu lekat di hati dan pikiranku karena pada tanggal itu juga dua orang yang begitu berharga bagiku lahir di dunia dan ditakdirkan untuk bersama diriku, menemani hidupku.

Choi Jung Hye — seorang wanita yang lahir pada tanggal 17 Januari dan tergila gila dengan matahari tenggelam, seakan ditakdirkan untuk memulai hidupnya bersamaku……dan mengakhiri hidupnya dalam dekapanku juga. Walaupun ia tidak menemaniku sampai hari tua….aku akan tetap mencintainya.

Kim Hye Young — gadis kecil yang lahir pada tanggal 17 Januari dari rahim istriku, Kim Jung Hye dan juga tergila-gila dengan matahari tenggelam sudah ditakdirkan untuk menjadi bagian dari diriku. Dia adalah putri kecilku.

==THE END==

Leave a comment

5 Comments

  1. inggarkichulsung

     /  February 6, 2014

    Good ff, sangat menyentuh hati.. Hye young sgt menggemaskan, Young woon oppa dan istrinya Jung Hye yg sdh meninggal serta anak mrk lahir di tgl yg sama dan setiap ultah mrk sll dirayakan dgn sebuah ritual yg sama sesuai dgn pesan yg diinginkan Jung Hye

    Reply
  2. Wiiii… keren *o*
    Nyesek… Kangin oppa emang sabar, ya… dewasa banget. Sifatnya cocok…

    Like it like it like it!! 😀

    Reply
  3. Mengharukan….

    Reply
  1. FRUIT LOVE~The Ending [Part 20 2/2] | Imajinasi Nita

Leave a comment