FIVE IN ONE (13/?)


kyukyu_副本

FIVE IN ONE

Chaptered FF

Author : Nita Henny

Cast : Song Park Yeon (OC) – Choi Siwon – Lee Donghae – Cho Kyuhyun

Lee Sungmin – Henry Lau

Genre : Romance

Rating : PG-15

Happy Reading ~

====================

 

Park Yeon memasang wajah kesal saat tangannya tak juga lepas dari tarikan Hong Jung. Lebih tepatnya yeoja itu diseret oleh teman gilanya. Mati-matian Park Yeon menolak untuk datang ke acara Siwon Fan Meeting yang diselenggarakan di Mall besar dekat café. Tapi Hong Jung sedikit malu bila datang sendirian.

Malu? Halo……kau tidak lihat orang-orang sebanyak ini yang bahkan lebih memalukan dari dirimu?— gerutu Park Yeon dalam hati saat melihat begitu banyak yeoja-yeoja bahkan ada beberapa Ahjumma yang ikut berdesal-desal sambil membawa kertas yang sedikit kusut dengan wajah yang berbinar-binar dan memakai segala aksesoris aneh hanya untuk mendapat satu tanda tangan…..atau lebih tepatnya coretan tidak jelas dari seorang Choi Siwon, aktor muda yang disebut “serba komplit.”

“Kau tidak mau ikut mengantri?” tanya Hong Jung yang sudah masuk ke dalam barisan yang mirip dengan ular.

Park Yeon menggelengkan kepalanya, seraya berjalan pelan menuju bangku panjang yang tak jauh dari antrian itu. Dengan malas ia menghenyakkan tubuhnya sambil meluruskan kakinya. Bisa dipastikan hari ini akan terasa panjang karena harus menunggu Hong Jung mendapatkan tanda tangan Siwon mengingat jarak antara meja Siwon dengan sahabatnya itu sangat sangat sangat jauh.

“Eoh, kau tidak ikut dengan mereka?” tanya seorang Ahjussi berdasi pita merah pada Park Yeon. Ahjussi itu menatap heran pada Park Yeon karena hanya yeoja itu yang tak ikut mengantri dan memilih duduk di antara para orang tua yang datang mengantar anak-anak mereka.

Park Yeon menggelengkan kepalanya saat menyadari dirinya berada di tengah-tengah Ahjussi dan Ahjumma yang terlihat jengah.

Beberapa saat kemudian kehebohan terjadi. Semua mata mengarah pada seorang namja tinggi berbalut pakaian kasual dengan kemeja kotak-kotak berwarna biru. Rambutnya ditata serapi mungkin hingga menampilkan wajah berbentuk V yang begitu simetris dan sempurna. Ia tersenyum hangat sambil membungkukkan badannya sebentar pada semua yang meneriakinya. Beberapa staf  mempersilakan dirinya untuk duduk di tempat yang sudah disediakan.

Bahkan dalam keadaan duduk biasa terhalang meja yang cukup panjang pun terlihat begitu elegan. Semuanya berteriak histeris sambil memanggil-manggil namanya.

“Annyeong haseo, Choi Siwon imnida.” Hanya kalimat itu yang terlontar dari Siwon dan sukses membuat fansnya histeris. Park Yeon dan beberapa ayah dari fans Siwon pun berulangkali memegang telinganya karena suara teriakan yang cukup memekakkan telinga mereka.

Park Yeon yakin setelah ini akan lebih brutal lagi karena dilihatnya antrian sudah mulai berjalan. Rantai kuning penghalang jarak antara barisan pertama dengan meja Siwon sudah disingkirkan. Dan yeoja yang menempati barisan paling depan langsung menangis sambil membekap mulutnya sendiri sambil mendekati meja Siwon,

“Ya Tuhan berlebihan sekali,” keluh Park Yeon sambil memutar bola matanya.

Hanya seorang Choi Siwon, tapi mengapa mereka semua sebegitu hebohnya? Diam-diam Park Yeon tersenyum geli. Memandangi satu persatu fans Siwon yang begitu antusias untuk bertatap muka langsung dengan namja itu. Park Yeon yakin mereka semua pasti belum pernah diajak berbincang-bincang dengan Siwon lebih dari satu hari, belum pernah satu mobil dengan Siwon, belum pernah ditolong oleh Siwon, belum pernah……..Park Yeon seketika tertawa terbahak-bahak hingga Ahjussi yang ada di sampingnya menoleh padanya dan memicingkan matanya.

Park Yeon berdehem pelan sambil membenarkan posisi duduknya, seolah ia tak melakukan apa-apa. Namun selang beberapa detik kemudian ia terkikik pelan di balik tangannya. Fakta yang ada dan begitu nyata adalah paling tidak dirinya, Song Park Yeon, lebih beruntung dibanding Hong Jung atau fans Siwon lainnya.

.

.

.

Satu jam berlalu, dan Park Yeon melengos melihat Hong Jung hanya melangkah kurang dari sepuluh langkah dari posisi awalnya. Ditatapnya wadah es jusnya yang isinya sudah kandas beberapa saat yang lalu. Yeoja itu menguap. Ternyata hanya duduk saja bisa membuatnya mengantuk.

Dua jam berlalu.

Mata Park Yeon terasa berat. Namun ia masih berusaha terjaga dan mengamati Hong Jung yang sedang mengomel sendiri karena tubuhnya didorong oleh seorang Ahjumma di belakangnya.

Lama-kelamaan rasa kantuknya sudah mulai menguasai matanya. Kepalanya sudah bergerak pelan tak menentu. Kadang miring ke kanan, kadang miring ke kiri, dan hampir terlalu mendongak kalau saja ia tidak segera menegakkan kembali kepalanya. Tapi lagi-lagi ia mengulanginya. Dan akhirnya tanpa sadar, Park Yeon mendaratkan kepalanya ke bahu orang yang ada di sampingnya dan bergerak pelan untuk menyamankan dirinya.

Sementara itu Hong Jung akhirnya mendapatkan gilirannya. Ia tersenyum lebar pada Siwon yang masih sibuk dengan bolpoinnya.

“Annyeong….siapa namamu?” tanya Siwon yang belum mendongakkan kepalanya untuk melihat siapa yang sudah ada di hadapannya.

“Eung…..” Hong Jung meletakkan poster berukuran sedang di atas meja. Siwon yang melihat fotonya sendiri hanya tersenyum sambil mulai menulis nama fansnya. Namun, namja itu baru ingat kalau ia belum tahu namanya.

“Eoh? Hong Jung-ssi?” Siwon nampak terkejut saat mendapati Hong Jung yang sedang ada di hadapannya. Hong Jung membungkuk sebentar sambil tersenyum lebar.

“Ne, Hong Jung imnida!” ujar Hong Jung riang, membuat beberapa fans Siwon yang ada di belakangnya cemberut karena idola mereka yang memanggil Hong Jung terlebih dulu.

“Sendirian?” tanya Siwon sambil menuliskan nama Hong Jung di atas posternya.

“Tidak. Aku bersama Park Yeon-ie. Hanya saja dia tidak ikut antri karena dia ‘kan bukan fansmu,” jawab Hong Jung.

“Park Yeon-ie?” Siwon nampak terkejut. Namun sesaat kemudian hanya terkekeh. “…Di mana dia sekarang?”

“Di sana. Dia sedang bercengkrama dengan para Ahjumma dan Ahjussi. Hahahaha….kurasa dia  akan membunuhku setelah acara ini selesai,” canda Hong Jung sambil menunjuk bangku tempat Park Yeon.

Mata Siwon mengarah ke tempat yang dituju Hong Jung. Dicarinya sosok Park Yeon di sana. Ia tersenyum tipis saat matanya menangkap Park Yeon yang ternyata sedang tertidur. Di bahu seseorang. Seorang namja. Berambut pirang yang sebagian tertutup tudung hoodie berwarna hitam.

DEG!

Siwon berusaha tidak menampakan wajah terkejut. Namun matanya benar-benar membulat takkala mengetahui siapa namja yang sedang ada di samping Park Yeon.

Lee Donghae — Siwon mengepalkan tangan kanannya di atas meja. Memandang Park Yeon yang tertidur pulas di bahu Donghae. Ia bisa melihat senyum yang terukir di bibir namja itu. Ingin rasanya ia berlari menghampiri Donghae, menarik kerah hoodienya dan mulai menghajarnya. Memukuli wajah mulus Donghae yang terlihat begitu memuakkan bagi dirinya. ia tidak peduli bila wajah itu sudah berdarah dan memar di sana sini, ia akan tetap melayangkan pukulannya. Ia akan menyalurkan semua kebencian yang sudah lama ia simpan saat ini juga.

“Siwon-ssi?”

Panggilan Hong Jung membuyarkan bayangan Donghae yang terkapar lemas akibat pukulannya. Siwon mengalihkan pandangannya pada Hong Jung. Untuk beberapa detik ia memandang Hong Jung dengan pandangan kosong.

“Gwaenchana-yo?” Hong Jung khawatir melihat wajah Siwon yang sedikit pucat.

“Eoh?I, iya” Siwon tertawa pelan seraya menandatangani poster milik Hong Jung. “….ini. terima kasih” Siwon menyunggingkan senyumnya pada Hong Jung.

“Ne!” ujar Hong Jung seraya menjauh dari meja Siwon sambil memeluk poster Siwon. Ia berteriak memanggil Park Yeon yang masih tertidur.

Park Yeon yang mendengar teriakan Hong Jung langsung bangun dan menegakkan tubuhnya. Tak menyadari bahwa bahu yang sejak tadi ia pinjam adalah bahu Donghae. Yeoja itu seraya menyambar tasnya yang ada di bawah kakinya dan menghampiri Hong Jung.

“Bagaimana?!” pekik Hong Jung sambil menunjukkan tanda tangan Siwon di posternya.

“Biasa saja” jawab Park Yeon malas sambil menguap.

“Seharusnya kau berterima kasih padaku sudah kuajak kemari. Choi Siwon mencarimu,” kata Hong Jung seraya melipat pelan posternya dan memasukkannya ke dalam tas.

Park Yeon menoleh ke arah Siwon yang sedang menanda tangani kaos fansnya. Siwon mencarinya?

Park Yeon langsung salah tingkah saat disadarinya Siwon memandangnya dan melambaikan tangan padanya.

Park Yeon-ssi,” ucap Siwon tanpa mengeluarkan suara sambil menunjuk dirinya dan kembali melambaikan tangannya.

Dengan ragu-ragu Park Yeon mengangkat tangannya dan membalas lambaian tangan Siwon. Setelah membungkukkan badannya sedikit, Park Yeon menarik Hong Jung agar segera pergi dari tempat itu dan mulai mengomeli Hong Jung.

Siwon perlahan menghilangkan senyumnya di balik tangannya. Matanya menatap tajam ke arah Donghae yang sejak tadi menundukkan kepalanya ke bawah berusaha tidak dilihat oleh Park Yeon.

OOOOOOOOOOOOOOOOO

“Yeon-ie, Noona…..aku menyukaimu.”

Kata-kata Henry kembali terngiang di benaknya. Park Yeon menghembuskan napas tepat di depan kaca besar di toilet mall. Ia menundukkan kepalanya. Kemudian kembali menegakkannya. Mata besarnya bergerak menatap bibir mungilnya. Bibir mungilnya yang ternyata sudah “dicuri” oleh dua orang dalam kurun waktu yang cukup dekat. Kyuhyun dan Henry.

“Apa yang terjadi dengan mereka berdua? Di mana otak mereka?” keluhnya seraya mengacak-acak frustasi poninya sendiri.

Park Yeon berjalan keluar dari toilet umum. Ia mendengus pelan saat mendapati sosok Hong Jung sudah tidak ada di dekat toilet. Ia tidak perlu susah payah mencari yeoja itu karena dia yakin temannya itu pasti sudah kabur terlebih dulu. Kebiasaan buruk yang tak pernah bisa hilang sejak ia mengenalnya dua tahun yang lalu. Suka meninggalkan temannya di depan toilet.

Ketika matanya tidak sengaja melihat gambar sup tofu di dekat kafetaria mall, ia teringat akan Sungmin. Apakah seniornya itu sudah makan sore ini? Apakah seniornya itu sudah meminum obatnya?

Park Yeon mengulum senyum sambil keluar dari mall dan berjalan menuju kedai sup tofu.

.

.

.

At D-Entertaiment

Siwon baru saja keluar dari dalam mobil dan bergegas masuk ke dalam bangunan bercat merah di depannya. Asistennya tergopoh-gopoh mengikuti Siwon sambil menenteng banyak tas yang berisi hadiah dari fans tadi di mall.

“Hyung…ini…”

“Bawa semuanya ke ruang belakang,” ujar Siwon tanpa menoleh ke belakang dan terus berjalan. Ia berulangkali mendesah kesal. Tanpa memperdulikan sapaan para staf kantor, Siwon tetap melangkahkan kakinya menuju ruangannya.

Brak!

Siwon membanting pintu ruangannya dengan kencang. Ia mengusap wajahnya frustasi. Nafasnya tersengal-sengal. Andai saja ia tidak ingat ini bukan apartemennya melainkan kantor agensinya, ia pasti sudah membuang semua benda yang ada di atas mejanya dan menimbulkan kekacauan.

Ia melihat Donghae hari ini. Setelah lebih dari sepuluh tahun lamanya ia tak memandang wajah memuakkan itu., akhirnya ia melihatnya. Dan yang lebih membuatnya gundah adalah Park Yeon tertidur di bahu namja itu.

“Lee Donghae….,” desis Siwon, menatap tajam ke arah kaca besar yang menampakkan banyak gedung-gedung tinggi di hadapannya.

***

=At Sungmin’s Apartemen=

Park Yeon memencet bel apartemen Sungmin dengan tidak sabaran. Berulangkali ia memandangi kantong hitam yang berisi kotak sup tofu yang baru saja dibelinya untuk Sungmin.

Yeoja itu kembali menekan bel intercom apartemen Sungmin.

Nuguseo?” terdengar suara Sungmin. Dengan cepat Park Yeon menghadapkan wajahnya tepat di depan kamera intercom.

“Sunbae, bisa bukakan pintu? Sekarang. Sekarang juga!” tanya Park Yeon seraya menggedor-gedor pintu di depannya.

Tak berapa lama pintu itu terbuka sedikit. Kepala Sungmin menyembul dari balik pintu. “Kenapa kemari?”

Park Yeon menunjukkan sup tofunya sambil memasang wajah senang. Sungmin yang mencium aroma makanan kesukaannya langsung tersenyum seraya membuka pintu untuk Park Yeon.

“Eoh? Apa-apaan ini?” Park Yeon langsung menyerobot masuk saat melihat ada vacuum cleaner yang ada di ruang tamu dan tumpukan bantal sofa yang ditumpuk di pojokan. Keadaan apartemen Sungmin sedikit berantakan.

“Wae?” Sungmin menutup pintu di belakangnya dan kembali melanjutkan pekerjaannya membersihkan ruang tamu. Namja berambut hitam itu sempat terkejut saat mendengar Park Yeon memekik mencegahnya mengambil vacuum cleaner.

Dengan sigap Park Yeon melepas tangan Sungmin dari benda itu dan menariknya menuju meja makan. Park Yeon sempat terperanjat saat melihat ada beberapa makanan ringan yang sudah tertata rapi di sana.

Menyadari ada tanda tanya di wajah Park Yeon, Sungmin langsung berkata,” Nanti ada teman lamaku yang berkunjung. Makanya aku menyiapkan makanan kesukaannya. Dan….Park Yeon-ah, ada apa denganmu? Mengerikan sekali.”

Park Yeon tak menjawab. Ia hanya menutup mulutnya sambil memaksa Sungmin untuk duduk. Setelah berhasil mendudukkan seniornya, Park Yeon berjalan menuju kitchen set dan menuangkan sup tofu ke dalam mangkuk.

“Diam di sini dan habiskan supnya!” perintah Park Yeon sambil meletakkan sup tersebut di depan Sungmin.

“Park Yeon-ah…..”

“Makan. Kau tidak tahu arti makan? Makan berarti memasukkan makanan ke dalam mulut, bukan mengeluarkan kata-kata untuk membangkang. Mengerti?” ujar Park Yeon sambil mengacungkan jari telunjuknya di wajah Sungmin. Alis mata Sungmin terangkat. Bukankah itu kata-katanya? Kenapa sekarang Park Yeon menjiplaknya?

“Sudah kubilang untuk tidak bekerja terlalu berat. Kan bisa memanggil Ahjumma yang biasa membersihkan apartemenmu. Bersihkan sendiri kalau kondisimu sudah sehat benar. Memangnya kau mau tekena demam lagi hanya karena kelelahan? Kenapa kadang-kadang aku merasa mempunyai sunbae yang begitu bodoh? Kukira gelar sarjana miliknya sudah bisa menjelaskan bahwa dirinya memang benar-benar pintar dalam segala hal……………” Park Yeon terus mengomel kesal sambil melanjutkan pekerjaan Sungmin yang tadi sempat terhenti. Yeoja itu membersihkan lantai dengan vacuum cleaner, kemudian menata kembali bantal-bantal sofa dan menata rapi buku-buku Sungmin.

Sambil menikmati sup tofu pemberian Park Yeon, Sungmin tersenyum geli. Geli melihat kebiasaan Park Yeon yang suka mengomel dengan wajah ditekuk seperti itu. sungguh menggemaskan. Sungmin menghela napas sesaat melihat Park Yeon sudah kembali seperti biasa. Itu artinya hoobae-nya itu sudah tak lagi larut dalam kesedihan karena kematian ibuny. Setidaknya itu yang dilihat olehnya.

“Kapan temanmu itu datang?” tanya Park Yeon sambil membersihkan tangannya dengan air kran.

Setelah menghabiskan air putih di gelasnya, Sungmin melirik jam dinding yang ada di dekat rak hias. “Seharusnya…….sekarang.”

Belum sempat Park Yeon membuka mulut, bel apartemen Sungmin berbunyi.

“Itu pasti dia!” pekik Park Yeon pelan. “Apa aku harus segera pergi atau bagaimana? Aku takut menganggu kalian, Sunbae.”

“Ani……kalau kau merasa tidak nyaman sebaiknya di meja makan saja. Kebetulan kemarin aku membeli buku tugas untukmu. Kulihat kau sedikit tidak konsen beberapa hari ini” ucap Sungmin seraya mengusap sekilas poni Park Yeon dan beranjak menuju pintu apartemen.

Park Yeon melengos pelan. Akhir-akhir ini dirinya memang kurang fokus mengikuti materi kuliahnya karena banyak pikiran. Aah…mungkin kata “banyak pikiran” terlalu berlebihan baginya karena sebenarnya yang mengganggu pikirannya adalah Henry. Kejadian tempo hari kadang membuatnya blank untuk beberapa saat.

Mata Park Yeon mencari buku yang dimaksud seniornya itu. Tapi ia tak menemukan apa-apa di tempat itu. Kakinya bergerak menuju kamar Sungmin yang sedikit terbuka. Ternyata buku yang dimaksud Sungmin ada di atas tempat tidur.

“Ini dia,” gumam Park Yeon sambil mengambil buku tersebut dan mulai membukanya.

Sementara itu Sungmin sudah mempersilahkan temannya masuk. Dilihatnya tas milik Park Yeon masih tergeletak di dekat sofa. Sambil berjalan ia menyambarnya.

“Hyung…apa kau juga sedang ada tamu?” tanya Donghae sambil menunjuk tas yang baru saja diletakkan Sungmin ke dekat meja sudut.

“Tidak. Hanya seorang hoobae yang mampir. Dia sedang mengerjakan tugasnya di sana,” kata Sungmin sambil menunjuk ke arah meja makan. Donghae hanya mengangguk pelan sambil menghenyakkan tubuhnya ke sofa. Matanya berbinar saat mendapati toples berisi kue kering kesukaannya.

“Aku tahu kau menyukai makanan itu. Makanya aku membelikannya untukmu,” kata Sungmin terkekeh ketika Donghae mulai memungut satu persatu kue itu dari dalam toples.

“Sudah berapa lama kita tidak bertemu sejak kau memutuskan untuk menerima pekerjaan sebagai Asisten Dosen di sini? Hmmmmmm……enam tahun? Tujuh tahun?” kata Donghae mengingat-ingat.

“Delapan tahun. Bagaimana kau bisa melupakannya? Sepertinya aku harus mempunyai dua hoobae yang mempunyai daya ingat memprihatinkan,” ejek Sungmin.

“Mwo? Dua?” Donghae mengerutkan dahinya pada ucapan Sungmin yang merupakan seniornya saat kuliah di Jepang.

Sungmin mengangguk. “Kalian berdua sama-sama tidak bisa mengingat hal-hal sepele, suka bertingkah ceroboh, suka diperhatikan, mudah kesepian, polos seperti anak kecil, dan kadang-kadang cerewet,” jawab Sungmin seraya menyilangkan kakinya.

“Yang benar? Ada orang yang sepertiku di dunia ini? Tapi aku bisa memastikan aku lebih tampan darinya,” celetuk Donghae sambil menyambar toples itu.

“Tentu saja kau lebih tampan darinya, dia kan seorang yeoja. Dasar bodoh,” sergah Sungmin. Donghae langsung tertawa.

“Mau kukenalkan?” Sungmin berdiri sambil membetulkan bagian bawah cardigannya. Donghae  sejenak diam sambil memutar-mutar matanya seakan sedang berpikir. “Sejak kapan kau berpikir?” Sungmin melempar bantal sofa ke wajah Donghae dan membuat namja berambut pirang itu terkekeh.

Sungmin berjalan ke arah meja makan. Tapi tak ada Park Yeon di sana. Ia berniat memanggil nama yeoja itu, tapi langsung diurungkan saat sayup-sayup mendengar gumaman khas Park Yeon saat mengerjakan tugas di dalam kamarnya.

“Park Yeon-ah,” bisik Sungmin. Park Yeon yang sedang konsentrasi mengerjakan soal-soal di buku tugas pemberian Sungmin langsung menoleh ke arah pintu. Sungmin menggerak-gerakkan telunjuknya untuk meminta Park Yeon berdiri.

Park Yeon yang sedang mengerjakan tugas di atas karpet di dekat tempat tidur Sungmin hanya mendengus pelan seraya meletakkan bolpoinnya dan berdiri menghampiri seniornya itu.

“Wae?”

“Kau mau kukenalkan kembaranmu?”

“Mwo?”

Sungmin tersenyum sambil menarik tangan Park Yeon dan mengajak yeoja itu ke ruang tamu.

“Yaa….Sunbae….apa maksudmu dengan kembaranku? Dan jangan menarikku seperti ini! kau pikir aku ini sapi?!” gerutu Park Yeon berusaha melepas cengkeraman tangan Sungmin.

Deg!

Mendadak Park Yeon terpaku di tempatnya saat menyadari siapa yang dimaksud Sungmin? Yeoja itu terkejut bukan main melihat Donghae yang sedang berusaha mengambil sisa kue kering di dasar toples yang cukup dalam.

“Donghae-ya!” panggil Sungmin. Donghae menegakkan kepalanya ke arah Sungmin dan Park Yeon. Dan seketika matanya tak berkedip saat melihat Park Yeon. Walaupun wajahnya masih begitu tenang, tapi mata Donghae tak bisa berbohong. Dia benar-benar terkejut dengan hadirnya Park Yeon.

Apa hubungan seniornya itu dengan Park Yeon? Kenapa keadaan yang sedang dilihatnya seakan mengatakan bahwa hubungan antara Sungmin dengan Park Yeon itu cukup dekat?

Mata Park Yeon dan Donghae beradu. Park Yeon yang tidak percaya atas apa yang sedang dilihatnya dan merasa ingin sekali melempar semua barang yang ada di tempat ini pada namja di hadapannya itu. Dan Donghae yang tidak tahu harus bagaimana karena rasa rindunya dan rasa bersalah yang teramat dalam pada yeoja itu selama bertahun-tahun ini.

To be continued

Previous Post
Leave a comment

7 Comments

  1. inggarkichulsung

     /  February 3, 2014

    Aigoo menggemaskan, skrg semuanya seperti slg berhub dgn Yeonie dan akhirnya Yeonie hrs bertemu dgn Donghae oppa lagi.. ditunggu kelanjutannya chingu

    Reply
  2. perasaan park yeon pasti campur aduk ketemu donghae lagi…………….

    Reply
  3. littlefishy

     /  March 10, 2014

    Huah g nyangka kalo donghae itu ternyata hoobaenya sungmin, makin seru nih karna donghae juga ketemu sama park yeon..
    oh iya thor sampe lupa, aq udah bca ff ini di fp ff suju, krna penasaran jd mampir ke blog author deh hehe..

    Reply
  4. lita

     /  March 22, 2014

    Surprise… Surprise….

    Reply
  5. Chimin~

     /  October 20, 2015

    Waduhhh.. bisaa makin rumitt nihh..
    Hihi

    Reply

Leave a comment