HOT ISSUE [Part 2]


222_副本

HOT ISSUE [Part 2]

Chaptered FF

Author : Nita Henny

Cast : Song Park Yeon – Cho Kyuhyun – Cherry Jung – Zhoumi
Guest Cast : GOT7 Im Jaebum as Im Jaebum

And others

Genre : Romance

Rating : PG-16

Note :
Aku kasih part 2 FF ini ya. Lagi ngambek sama VENUS akunya haha

Happy reading ~~~~

============================

———-oOo———-

At Max-Ent. ~ 09.00 KST

“Lebih baik aku tiduran di apartemen daripada di sini,” gerutu Park Yeon yang sudah menunggu Zhoumi sejak satu jam yang lalu di ruang tunggu kantor agensinya. Seingatnya, Zhoumi hanya pamit untuk membeli dua kopi untuk mereka berdua di café yang tak jauh dari kantornya, tapi kenyataannya… hahaha… terkadang Park Yeon harus menarik napas dalam-dalam karena kebiasaan Zhoumi yang suka menghilang begitu saja. Bukankah seharusnya seorang manager artis itu harus bersama artisnya setiap detik? Benar begitu, kan?

Ruang tunggu yang hanya dikelilingi dinding terbuat dari kaca tebal membuatnya bisa melihat suasana di luar ruangan tersebut, termasuk orang-orang yang keluar masuk kantor dari pintu utama gedung ini. Dan karena sama sekali tidak ada kegiatan dan mencoba menghilangkan kejenuhan yang tiap detik sudah mulai memuai di dalam kepalanya, akhirnya Park Yeon pun mengamati siapapun yang melintas di dekat dinding kaca tersebut.

Namun, perhatiannya sepenuhnya teralihkan pada seseorang yang baru saja keluar dari lift depan ruang tunggu. Orang itu… Cho Kyuhyun, yang pagi ini nampak begitu serius—atau mungkin memang selalu seperti itu?

“Ow…ow…ow… lihatlah itu… orang yang paling dicari di mesin pencari. Orang yang paling dibicarakan oleh publik. Orang yang paling… aiiish…”

Park Yeon langsung menundukkan kepalanya sambil menggaruk-garuk belakang kepalanya sendiri setelah menggumam pelan tentang Kyuhyun yang masih berdiri di depan lift. Nampaknya pria berwajah tampan tersebut sedang mengecek sesuatu pada ponsel tipisnya. Dan mungkin saking seriusnya, ia tak menyadari ada seseorang sedang mengamati dirinya dengan pandangan yang sedikit negatif dari balik dinding kaca.

“Kalau dia bukan sunbae-ku, mungkin aku akan lebih bebas membicarakan dirinya. Dunia macam apa yang sedang kutinggali ini? Astaga…,” keluh Park Yeon sambil memukul-mukul pelan kepalanya.

“Apa yang sedang kau lakukan?”

Seketika Park Yeon menegakkan kepalanya saat mendengar suara seseorang dari arah pintu. Syukurlah, ada seseorang yang bisa ia lihat ketimbang Kyuhyun yang rupanya masih saja tak beranjak dari tempatnya berdiri.

Oppa, kau ini ke mana saja sih? Aku sudah hampir satu jam menunggumu. Apa mentang-mentang kau sedang mengurus artis tidak terlalu terkenal sepertiku, makanya kau…”

“Aku tadi bertemu dengan Direktur Kim Kyun Wo. Kau tidak lupa dengan orang itu, kan?”

“Kim… Kyun… Wo?”

Kedua alis Park Yeon terangkat sempurna ketika ia merasa familiar dengan nama tersebut. Seolah bisa membaca ekspresi wajah Park Yeon, Zhoumi hanya menganggukkan kepalanya sambil menghenyakkan diri di depan Park Yeon.

“Yang pernah menawariku iklan kosmetik tapi setelah mendengar kabar drama debutku gagal, ia langsung menarik semua kata-katanya?” Park Yeon mencoba menebak, siapa tahu saja benar.

Sekali lagi Zhoumi menganggukkan kepalanya tanpa membuka mulut untuk menanggapi pertanyaan Park Yeon.

“Lalu apa yang terjadi? Apa yang kalian berdua bicarakan?”

Kini perhatian Park Yeon sepenuhnya beralih pada Zhoumi, dan sosok Kyuhyun yang kini berjalan ke arah pintu utama gedung seolah hanya angin lalu saja baginya. Rasa penasarannya cukup tinggi mengingat Zhoumi baru saja bertemu dengan orang yang tidak sembarangan. Direktur Kim Kyun Wo adalah pemilik merek kosmetik ternama di negeri ini dan sudah banyak artis terkenal yang menjadi icon kosmetiknya.

Dan yang lebih penting lagi dari itu semua, setidaknya waktu satu jam yang ia gunakan untuk melekatkan pantatnya pada sofa terbayar dengan berita bagus dari pertemuan managernya dengan direktur tersebut.

“Aku tidak sengaja bertemu dengannya di cafe tadi dan mencoba mengajaknya berbincang mengenai dirimu.”

“Lalu?”

“Yaaaa… kutanyakan saja soal kontrak iklan yang pernah dia tawarkan padamu waktu itu dan…”

“Dan?”

Kali ini Zhoumi tak lantas menjawab, karena apa yang akan dikatakannya selanjutnya berbanding terbalik dengan ekspektasi yang ada di ekspresi Park Yeon. Sebut saja…. untuk saat ini Park Yeon MASIH BELUM mendapatkan berita bagus.

“Yeon-ah…”

“Tidak usah kau lanjutkan. Aku sudah tahu apa yang akan kau katakan,” potong Park Yeon lemas seraya kembali menundukkan kepalanya.

Zhoumi hanya menghela napas pelan melihat Park Yeon seperti itu. Toh, ini bukan pertama kalinya Park Yeon mendengar berita semacam ini. Namun, melihat Park Yeon yang menundukkan kepalanya cukup lama seperti itu membuat Zhoumi mengernyitkan keningnya. Ia takut Park Yeon benar-benar menyerah saat ini. Padahal biasanya setelah mendengar kabar menyebalkan seperti pembatalan penawaran kontrak iklan, pembatalan casting drama baru ataupun kabar lain semacam itu, Park Yeon hanya menundukkan kepalanya tak lebih dari 5 detik dan langsung meminta untuk dibelikan makanan. Tetapi saat ini wanita itu….

“Song Park Yeon….”

“Sebenarnya apa yang ada di otak Direktur Gila itu, hah?! Kenapa dia masih saja tidak menawariku kontrak iklan itu?! Drama debutku yang gagal kan sudah berlalu beberapa bulan yang lalu! Semua orang pasti sudah melupakan drama tersebut, iya kan?! Apa susahnya sih membuatku muncul di layar televisi kurang dari dua menit dengan membawa satu tube kecil krim pencerah wajah produksinya?! Asal tahu saja, banyak orang yang tidak cocok dengan produknya itu! Aku juga tidak suka dengan produknya! Sombong sekali! Lihat saja nanti kalau aku benar-benar terkenal, aku tidak akan pernah mau menjadi ikon kosmetiknya!”

Park Yeon berseru panjang lebar dengan bersungut-sungut hingga membuat Zhoumi terperanjat karena terkejut. Untung saja ruangan tersebut kedap suara, jadi orang-orang yang ada di luar ruangan sama sekali tak bisa mendengar.

Zhoumi, pria berwajah tampan ini, alih-alih kesal karena Park Yeon yang tiba-tiba berteriak-teriak menyumpahi Kim Kyun Wo, justru menahan tawa geli. Ada perasaan lega yang merayapi benaknya.

Oppa, aku debut bukan untuk ditolak oleh orang-orang seperti dia. Aku debut bukan untuk menjadi penonton dari seniorku yang kelihatannya sama sekali tak bosan wajahnya muncul di mana-mana. Aku saja sudah lelah melihat wajahnya di televisi saat aku masih menjadi seorang trainee. Kenapa sekarang wajahnya masih saja ada di mana-mana?” erang Park Yeon sambil menatap Kyuhyun yang kebetulan kembali masuk ke gedung bersama asistennya. Sumpah demi apapun, hanya dengan melihat wajah Kyuhyun saja, rasanya Park Yeon sudah ingin berteriak kencang melampiaskan kekesalannya.

Zhoumi hanya melirik sekilas sosok Kyuhyun yang menghilang di balik pintu lift. Ia tak tahu harus memberikan tanggapan seperti apa pada Park Yeon karena keluhan maupun gerutuan semacam itu sudah sering ia dengar sejak enam bulan lalu, saat ia ditunjuk kantor untuk menjadi manager wanita manis tersebut.

“Untungnya kau memiliki manager keren sepertiku. Jadi meski wajahmu tidak cukup sering muncul di layar televisi masyarakat negeri ini, setidaknya suaramu masih diperhitungkan oleh beberapa radio,” ujar Zhoumi kemudian.

“Apa? Maksudmu…. kau menyuruhku untuk menjadi penyanyi, begitu?”

Ani…. tapi ini….”

Wajah Park Yeon berubah sumringah beberapa detik setelah Zhoumi menunjukkan sebuah pesan yang tertera di layar ponsel yang didekatkan tepat di depan wajahnya.

“Iklan di radio?”

“Iya. Kau harus membelikanku makanan enak karena pihak radio tersebut mau menggunakan suaramu sebagai pengisi iklan mereka. Durasinya tidak terlalu panjang sih, hanya dua sampai tiga menit. Kalau kau setuju, mereka akan—“

“Aku setuju!” seru Park Yeon bersemangat. “Aku mau! Aku akan melakukannya! Apa kita harus berangkat ke sana sekarang? Kalau iya, aku akan bersiap. Sebentar, aku ke kamar kecil sebentar!”

“Yeon-ah…”

Tanpa menghiraukan panggilan Zhoumi, Park Yeon langsung melesat keluar dari ruang tunggu tersebut. Langkah kakinya yang cukup cepat tersebut tertuju pada toilet wanita. Wajahnya yang semula begitu gelap dan muram karena—lagi-lagi untuk yang kesekian kalinya—mendengar berita menyebalkan kini berubah cerah seperti bunga yang baru saja disiram.

Bruk!

Park Yeon yang tak memperhatikan jalan di depannya tiba-tiba terkejut dan menabrak seseorang yang sepertinya muncul tiba-tiba dari sisi kanan tubuhnya. Entah ia yang tak bisa menggapai tangan orang tersebut atau keseimbangan tubuhnya sendiri yang tidak stabil, Park Yeon pun terduduk di atas lantai dengan cukup keras hingga bisa merasakan tulang ekornya berkedut.

“Kau tidak apa-apa?”

oOo

Suara kucuran air yang keluar dari lubang kran terdengar cukup nyaring di toilet pria yang memang tidak ada orang kecuali Kyuhyun sendiri. Dibasuhnya kedua tangannya beberapa kali sambil memandang pantulan wajahnya sendiri pada cermin lebar yang ada di hadapannya. Setelah menghentikan laju air dari kran tersebut, Kyuhyun hanya menghela napas panjang.

Kepalanya terasa berkedut. Dan itu sudah berlangsung beberapa hari ini. Semenjak kabar hubungan asmaranya dengan Cherry terkuak oleh media dan akhirnya menjadi konsumsi orang banyak di luar sana. Lebih parahnya lagi berita-berita tersebut berpusat pada satu titik, yaitu pada diri Cherry yang seolah menjadi tersangka di dalam skandal ini.

Oh, ayolah. Ini bukan skandal pembunuhan atau pencurian atau sejenisnya hingga harus ada korban ataupun tersangka. Ini hanya berita hubungan asmara antara dua orang selebritis yang akhirnya tercium oleh media.

Kyuhyun tidak bodoh hingga tidak bisa membedakan mana tulisan yang netral dan mana tulisan yang menyudutkan Cherry. Ia ingin melampiaskan amarahnya pada mereka-mereka yang membuat berita murahan seperti itu. Sayangnya ia tak bisa melakukan itu karena sedikit saja ia salah berucap, akibatnya akan sangat fatal. Sebut saja…. terkadang reporter adalah musuh para selebritis.

Hyung, kau sudah selesai?”

Park Jang Shin, asisten Kyuhyun muncul dari balik pintu toilet pria, memastikan Kyuhyun sudah selesai dengan urusannya di dalam toilet.

“Kau tunggu di mobil saja dulu. Aku akan segera menyusul,” jawab Kyuhyun sambil mengeringkan kedua tangannya.

Setelah memastikan asistennya menjalankan perintahnya, Kyuhyun lantas merapikan rambutnya sekilas sebelum keluar dari toilet. Namun, sesuatu terjadi ketika ia baru akan berbelok ke lorong yang akan mengantarnya ke ruang lobby kantor.

Bruk!

Seorang wanita yang datang entah darimana, tiba-tiba muncul di hadapannya dan menabraknya begitu saja. Sebenarnya ia ingin menarik salah satu pergelangan tangan wanita tersebut agar gadis tersebut tak terjungkal ke belakang. Tapi waktu tak berpihak padanya. wanita berambut ikal panjang tersebut sudah lebih dulu terjatuh ke atas lantai dengan suara yang cukup keras.

“Kau…… tidak apa-apa?” tanya Kyuhyun yang cukup khawatir kalau wanita itu terluka atau semacamnya.

“Aissh…, menyebalkan sekali.”

Sebuah gerutuan kecil yang keluar dari bibir wanita tersebut membuat Kyuhyun harus mengernyitkan keningnya. Meski begitu, tetap saja sebagai seorang pria, ia harus menanyakan keadaan wanita itu karena bagaimanapun juga wanita itu yang terjatuh setelah menabrak dirinya.

Dan lebih dari itu… dia harus segera membantu wanita itu berdiri.

“Kau bisa berdiri? Pegang tanganku agar aku bisa membantumu berdiri,” ujar Kyuhyun seraya mengulurkan kedua tangannya di depan wajah wanita itu.

“Tidak apa-apa. Aku tidak…”

Wanita itu mendongakkan wajahnya agar bisa melihat Kyuhyun. Namun, kata-kata yang ingin diucapkan wanita itu mendadak berhenti setelah menyadari pria yang berusaha membantunya untuk berdiri adalah seorang Cho Kyuhyun.

Untuk beberapa detik wanita bermata besar itu hanya membeku menatap wajah Kyuhyun yang ada di atasnya. Bila wanita lain akan langsung menjerit histeris untuk setelah menyadari orang tersebut adalah Kyuhyun, lain halnya dengan wanita itu.

Wanita itu… hanya mendengus pelan sambil menggaruk belakang kepalanya.

Reaksi yang aneh? Tentu saja. Mungkin hanya wanita itu yang akan bereaksi seperti itu pada Kyuhyun karena dia adalah Song Park Yeon. Park Yeon yang beberapa saat lalu bersemangat setelah tahu ia akan mengisi iklan di sebuah radio.

“Kurasa kau terlalu lama duduk di sana.”

Tanpa menunggu respon dari Park Yeon, Kyuhyun langsung menarik kedua tangan Park Yeon hingga akhirnya mau tidak mau Park Yeon pun berdiri.

Park Yeon, meski merasa kesal tanpa sebab pada Kyuhyun, tetap saja ia harus bersikap sopan karena…

“Apa kabar, Sunbaenim? Perkenalkan, saya adalah Song Park Yeon. Terima kasih sudah membantu saya berdiri,” ucap Park Yeon dengan sangat formal dan sopan.

Butuh hampir sepuluh detik bagi Kyuhyun untuk mencerna arti ucapan halus nan sopan dari Park Yeon yang menyebutnya Sunbaenim.

“Aah…. iya. Tidak apa-apa. Sudah sepantasnya aku membantumu berdiri karena kau terjatuh. Tapi… maaf, kalau aku boleh tahu, apa kau…”

“Saya adalah Hoobae Anda, Sunbaenim. Saya baru debut enam bulan lalu. Kalau Sunbaenim pernah menonton drama Tormented, Sunbaenim pasti tahu. Itu adalah drama debut saya,” Park Yeon memotong ucapan Kyuhyun. Park Yeon tahu ia tidak perlu menyebutkan drama debutnya yang gagal total pada seorang senior seperti Kyuhyun, tapi setidaknya ia berusaha kan? Siapa tahu saja Kyuhyun tahu dan…

Tormented? Aku… tidak pernah mendengar ada drama dengan judul itu. Mungkin karena aku jarang menonton televisi saja, jadi aku tidak terlalu tahu tentang banyak drama.”

Baiklah. Tidak akan ada lagi kata dan di dalam benak Park Yeon untuk membayangkan Kyuhyun yang mengetahui drama debutnya. Dengan sangat pelan dan hati-hati Park Yeon menggertakkan giginya. Bahkan ia berusaha untuk tidak menghilangkan senyum manis yang sudah terpatri di bibirnya hampir satu menit ini.

Lalu apa gunanya televisi super lebar yang sudah pasti ada di dalam apartemen mewahmu? Apa gunanya ponsel pintar, Tablet canggih, laptop mahal ataupun gadget aneh lain yang sudah pasti ada di atas jok van-mu? Apa semua itu hanya kau gunakan untuk mengamati berita yang membahas dirimu saja?

Park Yeon tertawa kecil setelah selesai mengatai Kyuhyun dalam hati.

“Semoga kau berhasil. Enam bulan setelah debut memang saat-saat yang berat. Aku tahu kau pasti bisa melaluinya. Aku duluan ya.” Kyuhyun menepuk pelan bahu mungil Park Yeon sebelum pergi.

Langkah kaki Kyuhyun begitu santai. Bahkan mungkin Kyuhyun tidak menyadari kalau wanita yang masih berdiri di belakang sana masih menatapnya kesal. Matanya sekilas melirik ke arah ruang tunggu di mana di dalam sana nampak Zhoumi sedang duduk dengan wajah serius ke arah layar ponsel sebelum berlari kecil keluar gedung untuk menghampiri asistennya yang sudah ada di dalam mobil.

“Apa kita harus menemui Jung Soo Hyung sekarang? Kurasa dia sudah menunggu kita cukup lama,” ujar Kyuhyun setelah menutup pintu van yang ada di sampingnya.

“Tapi barusan Manager Hyung menelponku. Dia menyuruh kita untuk tidak ke cafe itu karena di sana banyak wartawan yang sengaja datang,” jawab Jang Shin pelan seraya meyalakan mesin mobil dan melajukannya pelan, meninggalkan area depan gedung.

Kyuhyun menghela napas pelan. Lagi-lagi ruang bergeraknya kembali berkurang. Bahkan hanya untuk bertemu dengan managernya sendiri saja ia kesulitan.

“Ke apartemen Cherry saja. Aku masih punya waktu luang satu jam lagi, kan? Setidaknya ada yang bisa kulakukan di sana daripada berdiam diri di kantor dan mendengarkan orang-orang berbisik-bisik tidak jelas.”

“Tapi, Hyung. Bukankah berbahaya kalau kita ke tempat Cherry Noona? Bisa saja ada beberapa wartawan yang—“

“Lewat belakang. Atau turunkan aku saja di dekat gedung. Biar aku sendiri yang masuk ke sana.”

Pada akhirnya Jang Shin, asisten Kyuhyun yang sudah bersama Kyuhyun tiga tahun ini hanya bisa menuruti apa kata Kyuhyun. Dengan cepat ia mengendarai mobil van berwarna gelap tersebut menuju gedung apartemen mewah tempat Cherry tinggal.

.

.

.

.

Ting!

Pintu lift terbuka setelah lift berhenti di lantai delapan gedung apartemen tempat Cherry tinggal. Setelah mengalungkan syal tebal hingga menutupi bibir dan hidungnya, Kyuhyun segera keluar dari lift tersebut dan berjalan ke arah apartemen Cherry.

Untung saja tak ada orang di sekitarnya, jadi dengan mudah Kyuhyun bisa mencapai depan pintu apartemen Cherry. Jemarinya dengan cepat menekan kombinasi angka password pintu apartemen Cherry dan kurang dari sepuluh detik pintu tersebut bisa ia buka.

“Bagaimana bisa kau kemari?!”

Kyuhyun dibuat terkejut dengan pekikan seseorang dari arah belakang tubuhnya ketika ia baru saja menutup pintu apartemen dengan hati-hati. Meski begitu, ia tetap memutar tubuhnya ke arah orang tersebut dengan santai sambil memasang senyum manis karena ia tahu siapa yang baru saja memekik padanya.

Cherry Jung. Siapa lagi?

“Aku merindukanmu.”

Hanya itu yang diucapkan Kyuhyun sebelum menarik Cherry ke dalam pelukannya dan hampir saja menyerang bibir Cherry saat Cherry memilih untuk melepaskan diri darinya. Kekasihnya itu masih terlihat kesal dengan kemunculannya yang begitu tiba-tiba.

“Mentang-mentang kau tahu password apartemenku, kau jadi suka keluar masuk sesukamu, hah?” desis Cherry sambil berusaha merapikan rambutnya yang sedikit berantakan.

“Iya. Ke sini kau,” jawab Kyuhyun asal, tangannya kembali menarik bahu Cherry dan memeluknya.

“Maaf, Cho Kyuhyun-ssi, itu perbuatan tidak sopan, tahu tidak? Tolong lepaskan aku. Aku tidak bisa bernapas,” Cherry masih saja berusaha melepaskan pelukan Kyuhyun. Tapi sepertinya Kyuhyun sama sekali tak menggubris ucapan Cherry. Pria berambut gelap itu tetap memeluk erat tubuh Cherry, seolah sudah berbulan-bulan tak bisa bertemu.

“Harusnya aku sadar bahwa aku memiliki kekasih yang tak pernah mau mendengar apa kata orang dan suka berbuat seenaknya begini.” Akhirnya Cherry menyerah dan membiarkan Kyuhyun memeluknya hingga…. entahlah, Cherry sendiri tidak tahu akan menghabiskan berapa menit mereka berdua berpelukan seperti ini.

“Kyuhyun-ah, apa terjadi sesuatu?”

Pertanyaan itu terpaksa Cherry lontarkan karena Cherry merasa pelukan tidak seperti biasanya. Tangan Cherry bergerak, mencoba melepaskan pelukan Kyuhyun dan memandang wajah kekasihnya itu. Hanya saja sepertinya usahanya gagal karena Kyuhyun semakin erat saja memeluknya.

Yaa, apa yang—“

“Kau baik-baik saja?”

Tanda tanya muncul di wajah Cherry setelah mendengar pertanyaan Kyuhyun. Kau baik-baik saja?

“Apa maksud pertanyaanmu itu? Yaa, lepaskan aku, aku ingin melihatmu.”

“Kau baik-baik saja dengan berita-berita itu?” tanya Kyuhyun lirih seraya membenamkan wajahnya pada lekukan leher jenjang Cherry. Artikel-artikel media online yang ia baca beberapa jam lalu kembali muncul di ingatannya.

Seolah mengerti dengan ucapan Kyuhyun, Cherry hanya menghela napas panjang. Jadi itu yang membuat Kyuhyun bertingkah aneh sore ini? Bila Cherry harus menjawab, mungkin ia hanya akan menjawab semua memang baik-baik saja. Tak ada yang membuatnya geram pada berita-berita yang memang seperti menyudutkan dirinya. Sama sekali tak ada.

Sedikit usaha keras, akhirnya Cherry berhasil membuat Kyuhyun melepaskan pelukannya. Ditatapnya kedua mata Kyuhyun yang begitu jelas menyiratkan kekhawatiran padanya.

“Sudah kubilang jangan mengkhawatirkanku,” ucap Cherry pelan sambil mengusap pipi Kyuhyun lembut.

“Kau, jangan pernah pergi ke internet walaupun hanya sekedar memeriksa akun SNS-mu atau bermain game. Jangan menonton televisi. Jangan membaca tabloid apapun. Jangan—“

Ucapan Kyuhyun terhenti ketika Cherry mengunci bibirnya dengan ciuman yang lembut dan begitu dalam. Namun, ketika Cherry berniat mengakhiri ciuman singkat yang sebenarnya hanya untuk menghentikan Kyuhyun bicara, tiba-tiba Kyuhyun kembali meraup bibirnya sambil memeluk pinggangnya erat.

Tak ada lagi ciuman lembut dan manis. Yang ada hanyalah perasaan saling menuntut satu sama lain, seolah mereka berdua terbawa oleh suasana yang entah kenapa berubah memanas. Kyuhyun mendorong tubuh Cherry ke arah sofa tanpa melepas lumatannya pada bibir wanita bertubuh seksi itu.

Tensi naik satu tingkat lebih menyeramkan ketika Cherry jatuh di atas sofa dan Kyuhyun yang berada di atas tubuhnya. Akan tetapi….

“Sial…”

Umpatan kecil keluar dari mulut Kyuhyun ketika tanpa sengaja lututnya menekan salah satu tombol remote televisi yang begitu kurang ajarnya berada di atas sofa hingga membuat televisi yang ada di ruangan itu menyala dan terdengar suara seorang wanita berteriak menyebutkan salah satu merek makanan ringan di sana.

Cherry yang melihat Kyuhyun menggerutu tidak jelas hanya bisa tertawa terbahak-bahak. Didorongnya tubuh kekasihnya itu agar ia bisa kembali duduk.

“Jangan menertawakanku seperti itu,” ujar Kyuhyun ketus sambil menghenyakkan diri di atas sofa dengan wajah ditekuk. Televisi sialan! Kenapa harus menyala di saat-saat seperti ini?

Aigoo, Cho Kyuhyun-ssi…..”

Cherry tak bisa berhenti menertawakan Kyuhyun. Sebenarnya ia cukup kesal dengan apa yang baru saja membuat momen intim mereka terhenti, hanya saja ketika melihat reaksi Kyuhyun, semua berubah menggelikan.

“Lain kali taruh remote itu di…. eh, aku seperti pernah bertemu dengannya,” Kyuhyun yang awalnya memarahi Cherry karena sudah sembarangan menaruh remote televisi kini mendadak dibuat fokus pada tayangan iklan yang ada di televisi.

Cherry terpaksa melihat ke arah layar televisi yang menampilkan seorang wanita berambut ikal panjang sedang tersenyum menunjukkan sebungkus mie ramen.

Pernah?” tanya Cherry heran melihat Kyuhyun mengernyitkan kening, seolah sedang mengingat-ingat wajah wanita itu.

“Iya. Aku pernah bertemu dengannya dan….”

“Dia hoobae-mu di Max Ent. Namanya Song Park Yeon,” potong Cherry ringan sambil merapikan rambut belakang Kyuhyun yang berantakan akibat remasan jemarinya tadi.

Kyuhyun mengangguk-anggukkan ketika teringat pertemuannya dengan Park Yeon di kantor beberapa saat yang lalu. “Sebenarnya aku baru tahu kalau dia adalah hoobae-ku di sana tadi saat kami tak sengaja bertemu di dekat toilet.”

Cherry terpaksa memiringkan kepalanya untuk melihat wajah Kyuhyun dengan ekspresi tidak percaya. “Kau baru tahu?”

“Hmm.”

“Kau pasti sedang bercanda.”

“Apa aku terlihat seperti sedang bercanda?” Kyuhyun memandang datar ke arah Cherry. Ia memang benar-benar tidak bercanda saat ini. Ia memang baru tahu kalau wanita yang beberapa detik lalu muncul di layar televisi adalah hoobae-nya di Max Ent.

Untuk beberapa detik Cherry hanya mengerjap-ngerjapkan matanya sebelum tangannya meraih laptop yang ada di atas meja. “Kau memang terlihat tidak bercanda, Kyuhyun-ah, tapi bagiku kau seperti sedang membuat lelucon. Lihat ini.”

Cherry menunjukkan beberapa blog yang berisi berbagai macam jenis cerita dengan sebuah poster cantik di masing-masing post-nya. Di poster jelas tampak sosok Kyuhyun dengan seorang wanita manis berambut panjang yang tidak asing di mata Kyuhyun.

“Dia…. Song Park Yeon?”

Telunjuk Kyuhyun mengarah pada gambar wanita yang memang gambar Park Yeon.

Cherry mengangguk singkat. “Kau mau tahu ini apa? Semua ini adalah fanfic. Kau tahu fanfic, kan?”

“Kegiatan tak berguna yang dilakukan fans untuk idola mereka dengan menulis cerita-cerita yang aneh?” tebak Kyuhyun asal yang ditanggapi Cherry tatapan datar.

“Fans yang melakukan kegiatan tak berguna ini adalah fansmu, Tuan Cho. Sebagian dari mereka suka menulis fanfic dengan menggunakan dirimu sebagai tokoh cerita mereka. Dan Song Park Yeon ini, mereka gunakan sebagai tokoh wanita pendampingmu. Ceritanya cukup beragam sih. Mulai dari kisah romance biasa, pernikahan, horor, action hingga cerita mesum sekalipun. Mereka itu… kreatif sekali ya? Bagaimana bisa kau menghina kekreatifan fansmu sendiri, hah? Aku ingin tahu bagaimana reaksi fansmu ketika tahu idola mereka menghina mereka.”

“Kau ini berlebihan sekali. Siapa bilang aku menghina fansku? Aku hanya tidak suka dengan hal-hal yang berbau delusional. Tidak sehat, menurutku,” bantah Kyuhyun tidak terima. Cherry hanya tersenyum kering mendengar bantahan Kyuhyun.

“Tapi…, bagaimana bisa fansku mengenalnya? Aku saja baru tahu kalau dia satu agensi denganku. Atau mungkin… aku baru tahu kalau dia ada,” tambah Kyuhyun dengan suara pelan yang justru mendapat respon Cherry dengan sebuah tabokan tepat di lengannya.

“Aku tidak percaya gadis-gadis lugu dan manis itu mengidolakan seseorang yang bodoh sepertimu?” desis Cherry.

“Tapi anehnya ada seorang wanita yang justru mencintainya. Bahkan wanita itu beruntung bisa berkencan dengannya satu tahun ini. Kau tahu seseorang yang kau bicarakan sejak tadi itu…, orang yang pemilih dan sulit me—“

Cherry menarik wajah Kyuhyun dan kembali menciumnya. Bahkan ia biarkan laptopnya tersingkir dari atas pahanya dan mendarat di atas karpet beludru di bawah sofa dengan menyedihkan.

“Kau banyak bicara, Cho Kyuhyun,” ucap Cherry di sela-sela lumatan-lumatan mesra mereka.

“Kalau begitu biarkan aku melanjutkan yang tadi tertunda,” balas Kyuhyun seraya mendorong Cherry.

“Kau tidak ada jadwal hari ini?” Cherry yang sudah berada di bawah tubuh Kyuhyun, menahan Kyuhyun yang bermaksud kembali menciumnya.

“Sebenarnya aku harus bertemu dengan Jung Soo Hyung tadi, tapi dia melarangku datang karena banyak wartawan yang sengaja datang dan menunggu kedatanganku. Jadi, aku putuskan untuk menghabiskan waktuku di sini,” jawab Kyuhyun seraya mencoba meraup bibir bawah Cherry. Namun, lagi-lagi Cherry mendorong wajahnya beberapa centimeter.

“Ayolah, Jung Chae Ri! Apa kau sedang membunuhku perlahan-lahan, hah?”

“Memangnya kenapa?”

“Kau mengganggu kegiatanku, tahu tidak?”

“Kegiatan apa?”

Kesal karena seolah Cherry sedang mengerjainya, Kyuhyun pun langsung menangkup kedua sisi wajah Jung Ra dan menahannya. “Kegiatan ini. Kau akan mati kalau kau memberontak, Nona Jung.”

Cherry lantas hanya tertawa terbahak-bahak sebelum menerima ciuman mesra Kyuhyun di bibirnya.

Kekasihnya ini… kadang-kadang suka bertingkah lucu.

oOo

Berita skandal antara Kyuhyun dan Cherry masih saja menjadi headline di berbagai media beberapa hari ini. Setiap kali ada artikel yang memuat tentang hubungan mereka berdua di internet, ratusan bahkan ribuan fans dari keduanya pasti akan memenuhi kolom komentar dengan komentar yang beragam.

Bukan.

Komentar-komentar mereka tidak bisa disebut komentar yang beragam. Ini lebih seperti…. perang kata. Fans-fans mereka saling serang, seolah mereka tidak terima bila idola mereka berkencan dengan orang yang tidak mereka sukai. Namun, tidak sedikit juga yang menganggap berita skandal semacam ini adalah berita biasa yang tidak perlu dibesar-besarkan seperti yang dilakukan fans Kyuhyun dan fans Cherry. Maka dari itu, kolom-kolom komentar yang ada pada artikel-artikel semacam itu sudah seperti medan perang antara fans Kyuhyun, fans Cherry dan orang-orang yang risih dengan reaksi kedua fansclub Kyuhyun dan Cherry.

Dan yang lebih mengejutkan lagi, kedua manajemen artis yang menaungi kedua selebritis papan atas tersebut tak juga kunjung mengonfirmasi berita-berita tersebut. jangankan Konferensi Pers, semua orang yang berhubungan dengan kedua selebritis tersebut seakan tutup mulut bersama bila ditanyai oleh media.

Akan tetapi, hal tersebut tampaknya tak berlaku bagi Park Yeon yang sore ini sendirian di depan cafe yang ada di dekat gedung Max Ent. Wanita berparas cantik dan berambut ikal panjang tersebut berusaha untuk tidak membanting Tab yang ada di tangannya setelah membaca semua artikel tentang Kyuhyun dan Cherry.

Ayolah, dari semua portal berita infotaiment yang ada di Korea Selatan, bisakah kalian tidak memasang berita mereka berdua sebagai berita utama? Halo, ini sudah hampir satu bulan dan kalian masih saja mencoba mendapatkan apapun tentang mereka berdua. Mereka berdua yang menjalin hubungan, tapi kenapa kalian semua yang heboh? Apa salahnya pria tampan dan wanita cantik seperti mereka berpacaran? Itu kan hidup mereka, kenapa kalian tidak urusi saja hidup kalian?

“Ah, itu karena mereka adalah Cho Kyuhyun dan Cherry Jung,” jawab Park Yeon pelan atas pertanyaan-pertanyaan yang berputar-putar di dalam kepalanya. Sebenarnya ia kesal karena tahu jawaban yang ia dapatkan, tapi pada kenyataannya memang itu.

Sambil menyesap green tea hangat yang ada di atas meja, Park Yeon mengambil kertas yang berisi beberapa drama baru yang akan diproduksi tahun ini. Sebagian dari drama-drama tersebut masih membutuhkan beberapa orang untuk dijadikan peran figuran. Dan Park Yeon akan mengajukan diri.

Oh, setidaknya Park Yeon harus berterima kasih pada Zhoumi yang sudah susah payah mendapatkan bocoran tentang drama-drama tersebut. Selain terlalu tampan dan sempurna bila harus menjadi seorang Manager Artis, Zhoumi juga memiliki hubungan yang terlalu dekat dengan produser-produser drama terkenal di negeri ini. Dan saking dekatnya dengan mereka, Zhoumi justru tidak “menawarkan” artis yang sedang diurusnya ini sebagai pemeran utama pada mereka.

“Peran figuran….,” gumam Park Yeon menunjuk satu per satu drama-drama tersebut. “…yaaa…, sepertinya aku harus begini dulu. Mulai dari bawah dan naik ke atas secara perlahan-lahan. Dengan begitu, bila aku jatuh, rasanya tidak akan sakit seperti dulu.”

Tidak ada salahnya mengambil peran figuran. Toh, sebuah drama tidak akan lengkap bila tidak ada peran figuran. Iya, kan?

Drrrt…. drrrrt…. drrrt…

Ponselnya bergetar. Seseorang sedang berusaha menghubunginya. Dan setelah mengetahui siapa yang menghubunginya, Park Yeon memutar bola matanya.

“Ya, ada apa?”

Setelah hampir lima detik membuat otaknya memilih antara menerima telepon tersebut atau tidak, akhirnya Park Yeon pun membiarkan dirinya menerima telepon tersebut meski sebenarnya tidak ingin.

[Ya, ada apa? Dasar Anak Kurang Ajar. Aku ini ibumu, dan begitukah kau menjawab telepon dariku?!]

Park Yeon terpaksa menjauhkan ponselnya dari telinganya saat mendengar suara melengking dari seberang telepon sana.

Yeoboseo, Eomma?” Park Yeon menuruti apa kata ibunya.

[Sudah terlambat! Aku sudah lebih dulu kesal padamu!]

“Kalau begitu tutup saja teleponnya! Kenapa masih bicara padaku!” gerutu Park Yeon yang kemudian mendengar suara meja digebrak. Baiklah, ada untungnya ia berbicara dengan ibunya yang menyeramkan melalui telepon. Kalau secara langsung, sudah bisa ia pastikan bukan meja yang dipukul ibunya, melainkan kepalanya.

[Apa yang sedang kau lakukan sekarang?]

“Duduk di cafe sambil memilih-milih drama baru,” jawab Park Yeon, memandang kertas yang ada di tangannya sambil tersenyum kering.

[Drama apa lagi yang ingin kau ikuti? Ani… drama mana lagi yang mau menggunakanmu sebagai pemeran utamanya? Bukankah aku sudah bilang kalau dunia selebritis sama sekali tidak cocok untukmu. Ibumu ini sudah cukup kaya, jadi kau tidak perlu mencari uang di dunia seperti itu. Kalau kau ingin bekerja, kau bisa mengelola salah satu butikku yang ada di Busan.]

Inilah yang tidak Park Yeon suka tiap kali ibunya menghubunginya. Dan Park Yeon sudah tidak bisa menghitung berapa kali ia menolak tawaran ibunya. Dunia bisnis macam apapun sama sekali tidak cocok untuknya. Sebut saja… darah bisnis yang mengalir di dalam tubuh ibunya tidak menurun padanya meski ia lahir dari perut ibunya.

Eomma…”

[Kau mau menolaknya lagi? Sudah kuduga. Yaa, Gadis Tengik, kau membuang-buang hidupmu yang berharga untuk terjun ke dunia itu. Sebenarnya aku tidak ingin mengatakan ini, tapi… jujur, kau sama sekali tidak berbakat bila harus berakting di depan layar.]

Park Yeon mengomat-kamitkan mulutnya tanpa suara bersamaan dengan omelan ibunya. Bila ia harus menjabarkan omelan tersebut ke dalam bahasa yang lebih sopan dapat dimengerti, mungkin akan seperti ini : Selain tidak memiliki darah bisnis seperti ibunya, tampaknya ia juga tak mewarisi darah seni yang dimiliki mendiang ayahnya yang seorang aktor teater.

Menyebalkan, bukan? Satu-satunya orang tua yang harusnya mendukung karirnya, justru membuatnya seperti manusia kerdil.

“Nyonya Han, apa Anda benar-benar ibu saya?” desis Park Yeon.

[Meski aku tidak mau mengakuinya, tapi aku benar-benar ibumu, Bodoh. Bahkan aku tidak tahu kenapa aku sangat menyayangimu, padahal kau ini susah kuatur dan maunya menang sendiri. Tapi yang membuatku kesal adalah, pelanggan-pelanggan butikku yang pernah menonton drama debutmu, mereka selalu menertawakan aktingmu dan—]

Pip!

Park Yeon memutuskan percakapan dan memandang layar ponselnya dengan geram. Namun, beberapa saat kemudian ia justru mendengus geli. Suara renyah ibunya yang selalu memarahinya seperti inilah yang selalu “menyemangatinya”. Walaupun ia pasti merasa kesal, tapi suara wanita 50 tahun yang memiliki lima cabang butik di dua kota berbeda tersebut selalu ia rindukan.

“Bahkan aku juga tidak tahu kenapa aku sangat menyayangimu, Nyonya Han,” gumam Park Yeon seraya memasukkan ponselnya ke dalam tas sebelum bangkit dari kursinya dan berjalan ke arah area parkir cafe.

Salah satu dari deretan mobil yang ada di sana adalah mobilnya. Ya, mobilnya. Jangan mengira meski karir Park Yeon sejak debut enam bulan lalu yang tidak cukup mulus membuat Park Yeon seperti artis miskin yang ke mana-mana selalu naik mobil managernya atau taksi. Mobil berwarna merah mengkilap yang ada di sudut parkir adalah miliknya. Benar-benar miliknya. Mobil tersebut hadiah ulang tahun dari ibunya dua tahun lalu. Namun, karena saat itu masih berstatus trainee, ia belum bisa mengendarai dengan bebas mobil tersebut. Dan, ia harus berterima kasih pada manajemennya yang mau mendebutkan dirinya enam bulan lalu. Karena dengan begitu, kini ia bisa mengendarai mobil kesayangannya ke mana-mana tanpa harus khawatir ada wartawan yang akan membuntutinya.

Oh, Park Yeon lupa. Ia memang tidak harus khawatir mengingat ia bukan selebritis terkenal semacam Kyuhyun atau Cherry Jung ataupun selebritis lainnya yang selalu dibuntuti wartawan.

Eo?!” Park Yeon terpaksa memekik pelan saat mendapat seorang wanita bermantel panjang tengah duduk meringkuk di samping mobilnya. Wanita bertubuh langsing tersebut tampak menundukkan kepalanya yang tertutup topi hitam dan sesekali mengintip ke balik mobil, seolah sedang bersembunyi dari seseorang.

Mata Park Yeon terbelalak setelah ia merasa seperti mengenal wanita tersebut. “Cherry…… Jung?” tebaknya sambil menunjuk wanita tersebut.

Wanita tersebut—yang memang benar adalah Cherry Jung—seketika mendongakkan wajahnya pada Park Yeon hanya untuk menarik tangan Park Yeon agar melakukan hal yang sama sepertinya. Meringkuk di samping mobil.

“K-kau benar Cherry Jung? Cherry Jung dari D Ent.?” Park Yeon masih belum bisa menghilangkan raut wajah takjubnya saat di hadapannya benar-benar seorang Cherry Jung. Well, meski ia cukup kesal dengan pemberitaan hubungan antara wanita tersebut dengan seniornya yang hampir setiap hari selalu menjadi perhatian semua orang, ia masih tetap merasa tidak percaya akan bertemu langsung seperti ini. Atau lebih tepatnya…. pada situasi yang aneh seperti ini.

Eonnie, apa yang kau lakukan di samping mobilku?” tanya Park Yeon setelah mencoba menyadarkan dirinya.

“Ini mobilmu?” Cherry mengamati sekilas pintu mobil bercat merah mengkilap yang ada di sampingnya. Park Yeon mengangguk pelan. “Cepat buka,” perintahnya kemudian.

“Apa?”

“Mobilmu,” Cherry menunjuk-nunjuk pintu mobil tersebut. “…cepat buka mobilmu. Aku harus bersembunyi dari wartawan-wartawan itu. Mereka benar-benar membuatku kesal.”

Untuk beberapa detik Park Yeon hanya termangu. Pemandangan yang ia saksikan sudah sejak dulu ia impikan. Bersembunyi dari kejaran para wartawan. Yeah, kedengarannya menarik. Tapi, apa dia kini sedang terlibat dalam adegan seru tersebut?

“Lalu?”

Kening Cherry berkerut mendengar respon Park Yeon. Dengan cepat ia merampas kunci mobil Park Yeon dan langsung membuka pintu mobil yang ada di sampingnya. Bahkan ia tak peduli dengan Park Yeon saat ia merangkak masuk ke dalam mobil dengan tetap berusaha tidak memperlihatkan wajahnya dari balik kaca mobil.

Setelah berhasil merangkak di belakang kemudi dan berakhir di jok yang ada di samping kemudi, ia lantas memandang heran ke arah Park Yeon yang masih di luar sana. “Kau mau duduk di sana seharian? Song Park Yeon-ssi?”

Panggilan Cherry seakan mengembalikan Park Yeon yang hampir tenggelam ke dalam pikirannya sendiri. Dengan tergesa-gesa tanpa arti yang jelas, Park Yeon masuk ke dalam mobil.

Selama perjalanan menuju…. entahlah, Park Yeon sendiri tidak tahu akan dia bawa ke mana mobilnya ini karena sejak ia mengeluarkan mobil dari area parkir cafe dan membaur bersama kendaraan lain di jalan raya, Cherry tak kunjung menyuruhnya pergi ke suatu tempat. Sikap diam Cherry membuatnya membeku di belakang kemudi, seperti seseorang yang baru belajar mengemudikan mobil di jalan yang padat kendaraan. Alhasil mobil yang ia kendarai melaju cukup pelan untuk ukuran kecepatan nomal.

“K-kita mau ke mana?” tanya Park Yeon setelah berhasil menampar wajahnya sendiri dengan tangan yang tak kasat mata agar segera bersikap normal layaknya “manusia” di dekat Cherry.

Cherry tak lantas menjawab. Wanita yang siang ini tampak glamour meski hanya memakai pakaian kasual tersebut menoleh ke belakang, mengamati beberapa mobil yang ada di belakang mereka. Setelah memastikan mobil-mobil tersebut tak terlihat aneh, ia langsung menghela napas panjang dan menyibak rambut pirangnya yang jatuh di wajahnya.

Park Yeon yang melihat gerakan tangan Cherry menyibak rambut kembali takjub untuk kedua kalinya. Entah kenapa di matanya, setiap gerakan Cherry begitu elegan dan indah.

Benar-benar seorang selebritis papan atas yang cantik.

“Kau tidak keberatan kalau kuajak ke GLORY PLACE?”

Mata Park Yeon yang sejak tadi fokus pada jalan yang ada di depan mobilnya langsung terbelalak. Ia berharap apa yang didengarnya salah. “A-apa? G-GLORY… P-PLA-PLACE?

“Setidaknya aku harus membelikanmu minuman sebagai ucapan terima kasih karena sudah menolongku tadi. Dan juga… di sana satu-satunya tempat yang cukup aman bagi orang-orang seperti kita,” jawab Cherry yang sebenarnya sedikit bingung dengan sikap Park Yeon.

Orang-orang seperti kita. Baiklah, jangan salahkan Park Yeon bila bereaksi berlebihan setelah Cherry mengucapkan kata-kata itu. Orang-orang seperti kita, itu artinya Cherry dan dirinya adalah sama. Tak ada level yang membedakan mereka karena mereka berdua sama-sama selebritis. Dan itu sudah cukup membuat Park Yeon merasa ada jutaan kupu-kupu yang berterbangan di dalam perutnya.

Beberapa kali Park Yeon berdehem dan menyamankan posisi duduknya, seolah sedang berusaha bersikap layaknya selebritis seperti Cherry. Namun, ketika ia mendengar Cherry menerima telepon dari Kyuhyun, semua bunga-bunga yang ada di sekelilingnya mendadak menghilang dan terbang ke luar mobil terbawa angin. Kedua bahunya turun begitu saja setelah beberapa detik sempat begitu tegak dan cantik. Senyum bangga yang ia tahan memudar dan digantikan dengan ekspresi datar di wajahnya.

Nama Kyuhyun yang terlontar dari mulut Cherry seolah menjadi alarm pengingat Park Yeon akan level yang ada di antara dirinya dan wanita cantik itu. Sekali lagi, ia harus menampar wajahnya keras-keras dan menyuruhnya bangun dari mimpi konyol yang berdurasi pendek.

Untuk beberapa detik Park Yeon melirik Cherry yang masih sibuk berbicara dengan Kyuhyun. Dihelanya napas panjang. Satu fakta yang harus ia tanamkan di dalam kepalanya : Meski ia dan Cherry sama-sama wanita, sama-sama berada di bumi yang sama, sama-sama ada di negara yang sama, sama-sama memiliki profesi sebagai seorang selebritis, perbedaan mereka lebih panjang dari kesamaan yang ada pada diri mereka berdua.

Satu, karena Cherry lebih dulu debut delapan tahun lalu darinya, jadi secara formal, dia harus memanggilnya Sunbae.

Dua, karena Cherry lebih tua dua tahun darinya, jadi secara umur, dia juga harus memanggilnya Eonnie.

Tiga, karena Cherry adalah seorang selebritis yang sudah mengoleksi puluhan penghargaan dari semua stasiun televisi yang menayangkan drama-dramanya.

Empat, karena Cherry adalah seorang Cherry Jung.

Lima, karena Cherry adalah seorang Cherry Jung.

Dan mungkin untuk yang keenam, ketujuh hingga seterusnya, akan tetap karena Cherry adalah seorang Cherry Jung.

Persamaan antara dirinya dan Cherry yang begitu nyata saja masih belum cukup untuk membuatnya merasa satu level dengan Cherry.

Terima kasih, Kyuhyun!

.

.

.

At GLORY PLACE

Mata Park Yeon tak kunjung berhenti memandang setiap sudut interior restoran mewah yang kini ia berada di dalamnya. Begitu mewah dan pastinya mahal. Ditambah dengan banyaknya selebritis dan penyanyi terkenal yang memanjakan matanya. Mereka semua menikmati hidangan bersama siapapun itu yang mereka ajak kemari dengan tenang, tak merasa cemas seperti yang mereka lakukan di restoran biasa di mana selalu ada reporter media yang diam-diam mengambil gambar mereka.

Park Yeon mati-matian untuk tidak memekik kegirangan takkala melihat beberapa idolanya yang tengah melintas di dekat mejanya. Mereka Seo Ji Sub dan sahabatnya, Song Seung Hoon, bukan? Bahkan ia berusaha untuk tetap menempelkan pantatnya pada kursinya dan tidak menghentak-hentakkan kedua kakinya. Astaga, pemandangan ini sudah seperti surga dunia baginya.

Senyumnya tak juga berhenti tersungging ketika pesanan Cherry datang dan disajikan di atas meja. Dua porsi steak dan satu botol Wine berwarna merah.

“Daripada membelikanmu minum, lebih baik kutraktir makan siang,” ucap Cherry seraya menyuruh Park Yeon untuk segera menyantap makanan tersebut.

Well, memakan makanan seperti ini bukanlah kali pertama bagi Park Yeon. Dulu, ia sering makan malam bersama ibunya di beberapa restoran yang ada di luar negeri saat mengunjungi butik-butik milik teman ibunya. Dan Wine ini, jangan kira Park Yeon merasa asing dengan minuman seperti ini. Ia juga sering meminumnya.

Hanya saja…., ia lebih suka soju atau bir dingin dan kimbap atau jajajngmyeon atau ayam goreng ketimbang makanan mahal ini. Alasannya? Karena perut seorang Song Park Yeon tidak akan kenyang bila hanya makan daging seukuran telapak tangan anak kecil yang diletakkan di piring datar yang sangat lebar dan minum minuman yang diisi ke dalam gelas kaca besar tak lebih dari setengah bagian kedalaman gelas tersebut.

“Ini… enak,” puji Park Yeon setelah memasukkan potongan steak ke dalam mulutnya. Sumpah demi apapun, walaupun rasa makanan sedang disantapnya ini sungguh luar biasa lezat, setelah makan siang ini selesai, ia akan menghubungi Zhoumi dan mengajaknya makan siang.

“Aku tadi belum mengucapkan terima kasih dengan baik padamu. Song Park Yeon-ssi, terima kasih sudah menolongku,” ucap Cherry setelah meminum wine yang ada di gelasnya.

Awalnya Park Yeon ingin tersenyum malu mendengar Cherry mengucapkan terima kasih padanya, tapi karena menyadari sesuatu yang cukup aneh, ia harus mengerjap-ngerjap bingung pada wanita cantik yang ada di depannya itu.

“Tapi… bagaimana Eonnie bisa tahu namaku?” tanya Park Yeon. Yeah, pertanyaan yang cukup wajar bagi Park Yeon mengingat tak banyak selebritis yang lebih dulu debut darinya mengenalnya. Tidak salah kan kalau Park Yeon berpikir begitu? Lihat saja bagaimana “bodohnya” seorang Cho Kyuhyun yang notabene adalah senior yang satu manajemen dengannya sama sekali tak mengenalnya.

Cherry tersenyum tipis dan berkata, “Tidak sengaja aku membaca ulasan sebuah drama yang ratingnya paling bawah dari drama-drama lain yang diputar tiga bulan lalu. Dan Song Park Yeon-ssi adalah pemeran utama dari drama tersebut.”

“Aah… jadi begitu,” gumam Park Yeon sambil tersenyum kering. Bahkan selebritis papan atas seperti Cherry Jung saja tahu drama debutnya yang gagal. Mungkin mulai sekarang ia harus terima bila semua orang mengenalnya melalui drama tersebut.

“Apa kau tersinggung? Maafkan aku kalau—“

Aniyo.” Park Yeon menggerak-gerakkan kedua telapak tangannya. “…Eonnie tidak perlu minta maaf. Semua orang mungkin sudah tahu kalau…. hahahaha.”

“Ternyata selain cantik, kau juga mudah semangat lagi ya. Baguslah kalau begitu,” sahut Cherry.

Park Yeon menanggapi pujian Cherry dengan senyuman.

“Kau pasti juga sudah tahu berita akhir-akhir ini kan?” tanya Cherry setelah hampir lima menit mereka berdua terdiam. Park Yeon yang baru akan mengangkat gelas Wine-nya terpaksa memandang Cherry.

“Ya?”

“Berita skandal antara diriku dan Cho Kyuhyun,” ujar Cherry.

“Sebenarnya……… aku…… tidak terlalu peduli dengan berita-berita itu. Maksudku……” Park Yeon mengedarkan pandangannya ke mana-mana, memikirkan kata-kata selanjutnya. Tidak mungkin ia berkata “Sebenarnya aku cukup kesal… ani… bahkan sangat kesal melihat berita-berita itu. Kau tahu kenapa? Itu karena semakin membuatku iri. Kalian hanya berkencan dan media memberitakan kalian seolah-olah kalian berdua adalah seorang presiden dan seorang teroris negara yang menjalin hubungan cinta terlarang.”

“Setidaknya ada orang-orang seperti Song Park Yeon-ssi di dunia ini yang tidak peduli dengan berita-berita seperti itu,” sahut Cherry.

“Maksudku bukan tidak peduli seperti yang….bagaimana ya aku menjelaskannya?”

“Benar. Dua selebritis menjalin hubungan adalah hal yang wajar. Jadi, semua orang tidak perlu terlalu berlebihan menanggapinya. Itu kan maksudmu?”

Park Yeon mengangguk pelan, membenarkan tebakan Cherry yang sangat tepat.

“Apa…… Eonnie… tidak apa-apa? Kelihatannya dari manajemen kita tidak ada tanda-tanda akan mengadakan konferensi pers untuk mengonfirmasi berita ini. Bahkan berita-berita yang beredar semakin tidak jelas dan aneh,” kata Park Yeon.

“Maksudmu berita tentang hubungan kami yang dibuat-buat hanya untuk menaikkan saham salah satu manajemen kita? Atau berita tentang diriku yang mengandung anak Kyuhyun? Atau berita tentang diriku yang sengaja bersikap seolah-olah aku adalah pacar Kyuhyun untuk mencari sensasi? Atau berita tentang diriku yang terlalu delusional karena mengira persahabatan yang ditawarkan Kyuhyun kuanggap sebagai cinta? Yang mana?”

Entahlah. Saat ini Park Yeon tidak tahu harus takjub dan bertepuk tangan atau merasa kasihan karena Cherry menyebutkan hampir semua berita hangat yang cukup negatif tentang dirinya belakangan ini dengan ekspresi tenang, seolah semua berita itu sama sekali tak penting baginya.

“Kalu kita menanggapi mereka dengan emosi, yang ada justru mereka semakin menjadi-jadi dan semakin banyak berita aneh yang muncul. Lebih baik biarkan mereka berasumsi ini dan itu dulu selagi kita mencari waktu yang tepat dan cara yang tepat untuk memberitahu mereka yang sebenarnya,” lanjut Cherry.

Park Yeon tidak bisa bicara apa-apa. Julukan The Queen of Scandals yang melekat pada diri Cherry sudah cukup memberinya bukti bahwa seniornya tersebut tahan banting untuk masalah-masalah seperti itu.

“Sebenarnya itu kan ulah media dan fans fanatik,” gumam Park Yeon pelan hampir tak menggerakkan bibirnya.

“Begitukah?” sahut Cherry yang rupanya mendengar gumaman Park Yeon.

“Maksudku… terkadang yang harus disalahkan adalah fans. Fans yang terlalu fanatik selalu menganggap idola mereka adalah milik mereka dan seolah mereka yang mengendalikan hidup idola mereka. Padahal pada kenyataannya tidak. Mereka terlalu delusional dan harusnya mereka tahu itu tidak baik untuk kesehatan mereka,” tutur Park Yeon gemas.

Cherry tertawa kecil mendengar Park Yeon.

“Dan juga, mereka seenaknya menghina seseorang yang tidak mereka sukai yang sedang dekat dengan idola mereka hanya karena orang itu selalu masuk ke dalam berita-berita buruk. Padahal kan mereka tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Mereka tidak tahu bagaimana diri orang itu yang sebenarnya. Haah, rasanya aku ingin sekali menemui mereka dan menarik rambut mereka hingga mereka botak. Oh, dan media-media yang suka melebih-lebihkan fakta yang mereka dapat. Mereka juga patut disalahkan. Aku tahu, semakin berlebihan berita mereka, keuntungan mereka semakin banyak. Tapi kan mereka tidak bisa begitu. Mereka juga harus memikirkan bagaimana perasaan orang yang mereka beritakan. Harusnya mereka memuat berita yang bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya,” lanjut Park Yeon yang semakin membuat Cherry tertawa lebih keras.

“Waah, Song Park Yeon-ssi, kau ternyata memiliki keberanian yang besar ya. Aku juga suka dengan jalan pikirmu yang begitu positif,” puji Cherry di sela tawanya.

Pujian Cherry berhasil membuat Park Yeon kembali tersipu malu. Di dalam hati ia membodohi dirinya yang sudah lancang bicara panjang lebar di depan Cherry seperti itu.

“Maaf, Eonnie.”

“Kau tidak perlu meminta maaf. Harusnya Kyuhyun tahu kalau dia memiliki hoobae cerdas sepertimu. Tapi sayang sekali, sepertinya ia terlambat mengenalimu,” kata Cherry.

Oh, Senior Perusak Suasana kembali masuk ke dalam percakapan indah mereka berdua. Mood bahagia Cherry berkurang beberapa persen. Tapi, baguslah kalau Cherry tidak memihak Kyuhyun untuk masalah yang satu ini. Park Yeon harus merasa bangga karena selain Zhoumi yang sudah jelas-jelas akan selalu memujinya apapun yang terjadi—semoga saja begitu—setidaknya masih ada satu selebritis papan atas seperti Cherry Jung yang menganggapnya cerdas.

“Oh ya, apakah kau ada kesibukan lagi setelah drama debutmu selesai, Song Park Yeon-ssi?”

Baguslah! Cherry Jung mengganti topik pembicaraan mereka karena Park Yeon tidak tahu akan bertahan sampai berapa menit lagi kalau Cherry masih membawa-bawa nama Kyuhyun ke dalam percakapan mereka.

“Mmmm… aku menjadi salah satu model tetap di sebuah clothing line kecil. Lalu baru-baru ini aku baru saja melakukan recording untuk sebuah iklan di radio. Sebelum itu aku pernah menjadi bintang iklan mie ramen instan di televisi. Dan sekarang aku sedang berusaha mendapatkan peran figuran di….” Park Yeon menghentikan kata-katanya ketika teringat bocoran beberapa drama yang didapat Zhoumi untuknya bukanlah sesuatu yang diketahui banyak orang. Bahasa lainnya : semacam rahasia. “Yang terakhir aku tidak bisa… mengatakannya. Maaf,” ucapnya kemudian.

“Song Park Yeon-ssi benar-benar melakukannya dari bawah lagi,” timpal Cherry Jung.

“Hahaha… mungkin itu yang seharusnya aku lakukan sejak awal debut. Dengan begitu grafikku tidak akan seperti detak jantung orang yang terkena serangan jantung. Dari bawah ke atas kemudian mulai turun ke bawah tanpa ada tanda-tanda naik lagi. Menggelikan sekali, bukan?”

Cherry tak menanggapi ucapan Park Yeon. Wanita yange memiliki ujung mata meruncing indah tersebut tampak menatap Park Yeon dengan tatapan yang sulit diartikan. Dan praktis tindakan aneh Cherry tersebut memaksa Park Yeon salah tingkah.

Bagaimana tidak? Ditatap sebegitu lamanya oleh seorang selebritis papan atas yang kau favoritkan selama masa trainee. Dan tatapan itu seolah seperti sedang mengamati dirimu dengan sangat detail. Apa lagi yang bisa kau lakukan selain salah tingkah?

“Song Park Yeon-ssi, kau percaya kalau karir seorang selebritis yang meningkat dan dikenal lebih banyak orang itu… selain karena prestasinya, juga karena ada berita-berita kontroversial dari media tentang dirinya?”

Park Yeon mengernyitkan keningnya setelah mendengar pertanyaan Cherry. “Aku…. tidak mengerti.”

“Terkadang seorang selebritis yang prestasinya tidak diakui, namanya melejit jauh ke atas hanya dengan menggunakan satu judul artikel kecil yang kontroversial. Mungkin terdengar menyeramkan, tapi dengan cara tersebut, selebritis tersebut bisa dikenal oleh lebih banyak orang dibanding sebelumnya. Bahkan dia akan sering menghiasi layar televisi karena banyak stasiun tv yang ingin mengundangnya meski hanya sekedar bermain sebuah game. Bersamaan dengan itu, namanya akan sering dicari di mesin pencari internet. Atau mungkin, rating acara yang ia ikuti bisa saja meninggi,” tutur Cherry seraya menghabiskan sisa wine-nya.

Tawa kecil lolos dari mulut Park Yeon, seakan Cherry sedang memberitahunya sebuah lelucon, “Sebenarnya aku tidak tahu apakah aku harus percaya atau tidak. Tapi… rasanya sangat menyedihkan bila dia lebih terkenal hanya karena satu artikel kontroversial.”

“Kalau menurutku, itu bisa dia jadikan batu loncatan untuk mencapai tujuannya sebagai seorang selebritis terkenal. Mungkin bila aku menggunakan kalimat lain…., melalui cara seperti itu, peluangnya untuk menunjukkan prestasinya pada semua orang semakin terbuka lebar.”

“Jadi begitu ya?” gumam Park Yeon pelan sambil mengernyitkan kening, mencoba membiarkan dirinya berpikir. Kata-kata yang dilontarkan Cherry tidak semuanya bisa ia benarkan, tapi tidak bisa ia salahkan juga. Ada beberapa poin pada kata-kata tersebut yang cukup masuk akal, tapi ada juga yang terkesan aneh. Bahkan bila ia menggabungkan keduanya, hasilnya sedikit di luar nalarnya sebagai seorang Song Park Yeon.

“Aku harus pergi dulu. Kalau kau ingin lebih lama lagi di sini dan ingin memesan makanan lain, silakan saja. Bilang saja pada pelayan kalau kau temanku, mereka semua pasti sudah mengerti.” Cherry seraya bangkit dari kursinya dan meraih tas kecilnya.

Park Yeon hanya bisa mendongakkan kepalanya, memandang Cherry dengan wajah bingung.

“Sampai jumpa besok, Song Park Yeon-ssi,” ucap Cherry sambil menyentuh pelan bahu mungil Park Yeon dan mengayunkan kaki jenjangnya ke arah pintu utama restoran.

Park Yeon yang masih duduk di kursinya tertegun. Kata yang baru saja didengarnya…….. astaga, ia berharap tak ada orang yang berniat menampar wajahnya saat ini karena ia tidak ingin tersadar dari mimpi ini. Tapi… benarkah ini mimpi?

Sampai jumpa besok. Bukankah itu artinya ia dan Cherry akan bertemu lagi keesokan harinya?

oOo

Next day, at Park Yeon’s Apartment – 09.00 KST

Suara jam beker yang berdering keras memaksa Park Yeon yang masih lelap di atas tempat tidur mengulurkan tangannya ke arah nakas dan mematikan jam beker tersebut. Selimut tebal yang hampir terjatuh ke lantai karena ia menendangnya terlalu keras berhasil ia tangkap. Sambil bergerak pelan, ia berusaha menggulung tubuhnya kembali ke dalam selimut.

Lagi-lagi tidurnya yang damai terganggu oleh suara getaran ponselnya yang ada di atas nakas. Dengan mata yang masih berat untuk dibuka, ia mencoba melihat siapa yang sudah kurang ajarnya menghubunginya.

Oh, rupanya Zhoumi.

Hanya melihat nama itu tertera di layar ponsel, sudah berhasil membangunkan Park Yeon meski nyawanya belum terkumpul utuh. Sebut saja… managernya itu adalah jam beker versi manusia yang tidak bisa ia matikan begitu saja. Walaupun sosok tingginya tidak muncul.

“Aku sudah bangun.”

Hanya itu yang Park Yeon katakan pada Zhoumi sebelum memutuskan pembicaraan mereka. dilemparnya ponsel tersebut ke atas tempat tidur. Ia baru berniat untuk kembali merebahkan tubuhnya ketika terdengar suara bel dari arah pintu apartemennya.

Sambil menggerutu pelan, ia turun dari tempat tidur dan menarik selimut tebalnya untuk membungkus tubuhnya yang hanya mengenakan piyama tidur tipis.

“Aaakh! Sial!” erang Park Yeon saat menabrak meja kecil dekat sofa.

Sebenarnya selimut tebal yang membungkus tubuhnya tersebut membuatnya kesulitan berjalan, tapi karena nyawanya tak juga kunjung penuh, mau tidak mau ia membiarkannya dan tetap melangkah ke arah pintu untuk menemui siapa yang berkunjung ke apartemennya ini.

Tanpa melihat layar Intercom, Park Yeon langsung membuka pintu sambil menguap lebar-lebar hanya untuk mendapati sosok tinggi Zhoumi berhambur masuk ke dalam apartemennya dan hampir saja menabraknya kalau pria tampan tersebut tak segera menahan diri.

Oppa?” Park Yeon memandang Zhoumi dengan mata sayunya.

Zhoumi tak lantas menjawab sapaan Park Yeon. Ekspresinya begitu serius. Bahkan ketika ia menarik Park Yeon agar menjauh dari pintu agar ia bisa menutupnya, ekspresi itu tak juga berkurang.

“Apa yang terjadi denganmu?” tanya Zhoumi sambil mencari-cari sesuatu di lantai dekat televisi.

“Apa yang terjadi denganku? Memangnya apa yang terjadi denganku?” Park Yeon tidak mengerti dengan pertanyaan Zhoumi. Tidak hanya itu saja. Ia juga tidak mengerti dengan Zhoumi yang membungkukkan tubuh dan menolehkan kepalanya ke segala arah. “Oppa, apa kau mencari sesuatu?”

“Remote televisi.”

Park Yeon terpaksa mengernyitkan keningnya setelah mendengar jawaban singkat Zhoumi. Apa managernya itu ingin menonton televisi? Di sini? Di apartemennya? Padahal seingatnya Zhoumi bukan tipe orang yang suka menonton televisi di pagi hari.

Oppa—“

“Sebenarnya apa yang terjadi antara dirimu dan Kyuhyun?” tanya Zhoumi dengan nada serius setelah ia berhasil menemukan remote televisi Park Yeon.

Baiklah. Pertanyaan Zhoumi sangat ambigu di telinga Park Yeon. Dan Park Yeon sama sekali tak bisa menjawabnya dengan mudah. Apa yang terjadi antara dirinya dan Kyuhyun? Kalau Park Yeon harus mengingat-ingat, sepertinya tidak ada yang terjadi antara dirinya dan Kyuhyun selain ia memiliki perasaan kesal setiap kali melihat seniornya tersebut. Itupun tidak ada yang tahu selain Zhoumi. Bahkan Kyuhyun pun sama sekali tak mengenalnya. Lalu apa yang harus terjadi antara dirinya dan Kyuhyun? Bertemu saja ia juga baru sekali dengan seniornya itu.

Park Yeon baru akan menjawab pertanyaan Zhoumi ketika Zhoumi menyalakan televisi yang mana sebuah berita infotainment sedang ditayangkan. Seketika Park Yeon terbangun sepenuhnya dengan nyawa yang terkumpul sempurna. Matanya membulat penuh memandang berita tersebut.

“Kau bisa menjelaskan ini padaku?” Zhoumi melipat kedua tangannya di depan dada, memandang Park Yeon yang masih tercengang di depan televisi.

O-Oppa…. ini… apa?” Park Yeon menunjuk televisi. “Zhoumi Oppa, aku tanya, ini apa!”

To be continued

Previous Post
Leave a comment

15 Comments

  1. Ah firasat ku mengatakan cerry memanfaatkan park yeon buat mengalihkan issuenya pada kyu. Ya walaupun kayak nya sdikit membntu park yeon. Tp kira kira g0sip apa ya? Jgn lama lama p0st next part nya ya thor. Hehe

    Reply
  2. Ooohhh gosippp apa kah itu tskkk bikin penasaran aja…next chap ditunggu thor

    Reply
  3. Lyla

     /  February 10, 2016

    Ini bukan ulah cerry jung kan park yeon tidak d manfa’atkan keluaguanya sama mereka berdua kalau sampa iya kasian sekali ternyata cerry jung ga sebaik yg park yeon bayangkan menggunakan keluguannya untuk mereka agar terhindar dari gosip”

    Reply
  4. KyuRa

     /  February 10, 2016

    Haishhh tbc tbc tbc 😠😠😠😠 hadehhh pdhal gue pnsaran banget berita yg d maksjd si zhoumi itu apa? Paakh si cherry ini bner” tulus cinta ama ndut? Trus kapan si ndut punya hubungan ama yeon yah? Ahhaha molla
    #very nice

    Reply
  5. Monika sbr

     /  February 12, 2016

    Wah… Apa mungkin gosip tersebut ada kaitannya dgn kata2 cerry ke park yeon waktu di restoran tentang skandal yg bisa membuat seseorg bisa terkenal???

    Reply
  6. tyand

     /  March 12, 2016

    Nah loh apa gg diomongin zoumi?

    Reply
  7. YummyJ

     /  March 16, 2016

    ternyta Cherry Jung
    baik juga

    tapi apa yang terjadi sama Park yeon kyuhyun??? scandal apa?? bukannya mereka cuma ketemu di toilet saja????

    huaaaa…apa zhoumi itu punya rasa ke park yeon??
    semangat terus yeon
    buat karir nyaaaa

    Reply
  8. ow ow ada apa nih ? eish TBC nya gak tepat nih

    Reply
  9. Sung hye jin

     /  April 19, 2016

    Ah geregget sebnernya berita apa itu , apa sekandal sm seprti cherry ah apa cherry memamfaatkan park yeon #sotoy

    Reply
  10. windiya

     /  May 10, 2016

    hayoo itu app gosippp tntg ap
    antara kyu dan park yeon???

    Reply
  11. Goldilocks_

     /  June 19, 2016

    Whoaaah sebenernya aku suka hubungan Kyuhyun-Cherry. Mereka kelihatan bener-bener fall in love apalagi dengan kondisi hubungan mereka yang udah berjalan satu tahun. Dan kalo dipikir-pikir Cherry emang keknya gak seburuk yang media beritain. Apalagi dia tahan banting—yang ini jelas bikin Kyuhyun khawatir—
    Tapi… scene terakhir yang Zhoumi tunjukin itu—kayaknya ada hubungannya sama Cherry. Apa Cherry lagi ngebuat pengalihan issue dari yang tadinya skandal Kyuhyun-Cherry jadi skandal Kyuhyun-Parkyeon? Tapi apa tujuannya? Apa ini yang dia bilang ke Yeon utk ngedongkrak popularitas pendatang baru? Dia mau ngebuat berita kontrovesional biar nama Parkyeon lebih dikenal? Dengan manfaatin skandalnya dia sama Kyuhyun? Astagaaa~

    Reply
  12. Gosip ap an ssich penasaran

    Reply

Leave a comment